Ahad 16 Jun 2019 01:34 WIB

Lumba-Lumba Terdampar Naik Tiga Kali Lipat di Amerika

Peneliti akan melihat apakah terdamparnya lumba-lumba efek tumpahan minyak 2010.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Lumba-Lumba
Foto: EPA
Lumba-Lumba

REPUBLIKA.CO.ID, TELUK MEKSIKO -- Setidaknya sebanyak 279 lumba-lumba telah terdampar di banyak Pantai Teluk Meksiko sejak awal Februari. Angka itu merupakan tiga kali lipat dari jumlah biasanya.

Dilansir di The Guardian, Ahad (16/6), para ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan ada sekitar 98 persen lumba-lumba ditemukan telah mati. Mereka akan menyelidiki apakah fenomena ini merupakan efek yang tersisa dari tumpahan minyak BP atau minyak Deepwater Horizon yang terjadi pada 2010.

Baca Juga

Mereka juga menduga, penyebab dari fenomena ini kemungkinan adalah efek yang lebih langsung dari salinitas rendah. Sebab, menurut koordinator kesehatan mamalia laut perikanan, Teri Rowles, air tawar yang mengalir dari sungai-sungai tinggi dan saluran air Louisiana bisa jadi berkontribusi terhadap kematian.

Tumpahan minyak BP akan memberikan efek kepada tubuh ikan, termasuk memberikan masalah dengan paru-paru dan kelenjar adrenal. Hal itu akan menghasilkan hormon yang berhubungan dengan stres, kelainan darah,  dan kondisi umum yang buruk.

Menurut laporan-laporan sebelumnya, tumpahan itu berkontribusi pada matinya lumba-lumba terbesar dan terpanjang di Teluk Meksiko.

"Kami tahu beberapa kondisi kesehatan, mungkin membaik, tetapi beberapa lambat untuk membaik. Reproduksi di daerah yang paling banyak diminyaki terus di bawah normal," kata Rowles, Jumat lalu.

Administrator untuk program penyaringan mamalia laut di wilayah tenggara perikanan dari Noaa, Erin Fougeres, mengatakan sebanyak 23 persen dari lumba-lumba yang terdampar dari Louisiana ke Florida Panhandle memiliki luka yang konsisten dengan paparan air tawar. Hal semacam itu tidak biasa ada di musim semi.

Data NOAA menyebut, Mississippi memiliki 121 ekor  lumba-lumba yang terdampar dan ditemukan pada hari Rabu (12/6). Lalu, sebanyak 89 ekor lumba-lumba terdampar di Louisiana, 32 ekor ditemukan di Alabama, dan sebanyak 37 ekor ditemukan di Florida.

Sementara, Direktur Institut Studi Mamalia Laut di Gulfport, Mississippi, Moby Solangi menyatakan,  jumlah total ekor lumba-lumba yang ditemukan terdampar di negara bagian itu adalah sebanyak 126 ekor, pada Kamis (13/6). Dia menduga pembukaan jalur pelebaran Bonnet Carré bisa menjadi faktor yang disalahkan.

Efek pembukaan jalur itu lebih buruk bagi lumba-lumba Mississippi daripada tumpahan minyak BP. Dia mencatat, sebanyak 91 lumba-lumba mati ditemukan di Mississippi selama 2010.

Di samping itu, sebuah studi pada 2015 melaporkan lumba-lumba terus mati selama bertahun-tahun karena kerusakan tumpahan minyak. “Paparan air tawar tampaknya tidak menjadi penyebab kematian bagi semua hewan, jadi itu adalah sesuatu yang kami terus selidiki,” kata Fougeres.

Dia mengatakan kemungkinan penyebab lain adalah bahan kimia dan polutan lainnya di air sungai. Hal itu membuat ikan dan kepiting yang membutuhkan salinitas tinggi meninggalkan teluk dan muara.

Sehingga, ketika mereka mulai meninggalkan teluk dan muara, pola hidup lumba-lumba pun ikut berubah. Sebab, teluk dan muara merupakan habitat 15 dari 17 kelompok lumba-lumba.

Fougeres menuturkan, kelompok lumba-lumba akan tetap tinggal di habitatnya itu, meskipun ada perubahan yang dapat membahayakan mereka.

Organisasinya juga sedang menyelidiki laporan meningkatnya penyu di Louisiana dan Mississippi.  Angka-angka itu di atas rata-rata lima dan 10 tahun, tetapi lebih rendah dari beberapa tahun sebelumnya.

"Kami tidak curiga untaian penyu terkait dengan paparan air tawar. Tapi kami khawatir bahwa penurunan salinitas dapat berdampak pada mangsa dan habitat mereka,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement