Ahad 16 Jun 2019 15:30 WIB

Masyarakat di Kali Gendol Diminta Waspadai Ancaman Lahar

Masyarakat di sekitar diimbau mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
Suasana puncak Gunung Merapi di kawasan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (13/6/2019).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Suasana puncak Gunung Merapi di kawasan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (13/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jarak luncur guguran awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi semakin hari makin jauh. Karena itu, masyarakat yang ada di sekitar alur Kali Gendol diminta tingkatkan kewaspadaan.

Selama dua pekan terakhir, tidak cuma sudah terjadi 107 guguran lava pijar dikeluarkan Gunung Merapi. Sudah empat guguran awan panas dimuntahkan ke hulu Kali Gendol.

Baca Juga

Guguran awan panas berjarak luncur terdekat terjadi pada 9 Juni 2019 dengan 1.000 meter. Sedangkan, guguran berjarak luncur terjauh terjadi pada 1 Juni 2019 dengan 1.200 meter.

Sejak 21 Mei 2018, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih menetapkan tingkat aktivitas waspada atau leval dua kepada Gunung Merapi.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, radius tiga kilometer dari puncak agar dikosongkan dari aktivitas penduduk dan pendakian. Imbauan khusus diberikan ke masyarakat sekitar Kali Gendol.

"Sehubungan sudah terjadinya beberapa kali awan panas dengan jarak luncur yang semakin besar, masyarakat di sekitar alur Kali Gendol agar meningkatkan kewaspadaan," kata Hanik, Jumat (14/6).

Selain itu, ia mengingatkan, guguran lava pijar dan guguran awan panas berpotensi menimbulkan hujan abu. Masyarakat di sekitar diimbau mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.

"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," ujar Hanik.

Ia menekankan, jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, status Gunung Merapi segera ditinjau kembali. Pemerintah daerah direkomendasikan terus sosialisasikan kondisi Gunung Merapi.

Untuk volume kubah lava, terjadi penyusutan melihat pengamatan selama Februari, Maret, April dan Mei. Sebab, pada 21 Maret 2019, luas kubah lava masih mencapai 472 ribu meter kubik.

Luas itu melebar sekitar 11.000 meter kubik dari awal Februari dengan volume 461.000 meter kubik. Pertumbuhan kubah lava itu memiliki laju yang masih tergolong rendah.

Rata-rata pertumbuhan kubah lava masih kurang dari 20.000 meter kubik per hari. Namun, volume kubah pada Maret 2019 ternyata mengalami penyusutan pada awal April 2019.

BPPTKG mencatat, volume kubah lava Gunung Merapi per 9 April 2019 sebesar 466.000 meter kubik. Artinya, ada penyusutan sekitar 6.000 meter kbuik dari volume pada Maret 2019.

Setelah itu, pengamatan BPPTKG pada 4 Mei 2019 mencatat volume kubah lava Gunung Merapi sebesar 458.000 meter kubik. Terdapat sekitar 8.000 meter kubik penyusutan yang terjadi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement