Ahad 16 Jun 2019 19:27 WIB

Muhammadiyah: UIII Diharapkan Bisa Jadi Pusat Kajian Islam

Banyak khazanah Islam Indonesia yang bisa diangkat di level internasional.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Gita Amanda
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof Komaruddin Hidayat sebagai Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) periode 2019-2024 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (13/6).
Foto: Humas Kemenag
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof Komaruddin Hidayat sebagai Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) periode 2019-2024 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) direncanakan akan segera beroperasi pada 2020 mendatang. Pada Kamis (13/6) lalu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof Komaruddin Hidayat sebagai Rektor UIII periode 2019-2024 di Kantor Kementerian Agama.

Kehadiran UIII ini disambut dengan gembira oleh Muhammadiyah. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengatakan Prof Komarudin juga merupakan figur yang tepat untuk memimpin UIII. Selain integritas dan kapasitas keilmuan, menurutnya, Prof Komaruddin merupakan sosok yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang tidak diragukan lagi.

Baca Juga

"Selain sukses memimpin UIN Jakarta, Prof. Komaruddin juga berpengalaman memimpin beberapa lembaga negara," kata Mu'ti, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id.

Ia mengatakan, banyak khazanah Islam Indonesia yang bisa diangkat di level internasional. Selain itu, tidak sedikit intelektual Indonesia yang berkualitas dunia. Karena itu, menurutnya, jika mereka bisa terwadahi di UIII, Indonesia bisa tampil sebagai pusat Islam dan kajian pemikiran dunia.

"Kehadiran UIII diharapkan dapat meningkatkan kontribusi dan reputasi ilmiah serta menjadikan Indonesia sebagai pusat kajian dan pemikiran Islam," ujarnya.

Mu'ti menambahkan, tantangan utama dalam pendidikan Islam itu sendiri adalah kualitas. Menurutnya, pendidikan Islam masih tertinggal di semua jenjang dan jenis pendidikan. Karena itu, ia memandang perlunya peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta program studi.

Dibandingkan dengan negara Muslim lainnya, ia menilai pendidikan Islam di Indonesia juga masih relatif tertinggal, terutama dari produktivitas ilmiah. Dengan Malaysia, misalnya, produktivitas karya jurnal ilmiah, buku, dan riset Indonesia dinilainya masih tertinggal. Salah satu kendala utama, menurutnya, adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab.

"Sebenarnya banyak karya intelektual Indonesia yang bagus. Tapi karena kendala bahasa, tidak banyak dikenal dalam dunia Islam dan internasional," tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement