REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- “Bu, ini bubur apa?,” tanya seorang pria menyela kesibukan perempuan paruh baya, yang sedang meladeni satu per satu pembeli di lapaknya.
“Bubur suweg, nak!,” jawab perempuan tersebut sambil tersenyum.
“Berapa sepincuknya?,” lanjut sang pria menyambung.
“Satu koin saja, sudah dapat,” timpalnya lagi.
Dialog ini menjadi bagian kecil dari keriuhan suasana ‘Pasar Jajanan Ndeso’ yang digelar untuk menyemarakkan Festival Desa Wisata dan Jambore Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) se-Kabupaten Semarang tahun 2019. Festival dihelat di Lapangan Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.
“Ini kudapan khas atau jajanan ndeso yang sudah sulit ditemukan lagi. Bahan dasarnya suweg, atau semacama tanaman berumbi yang sekarang sudah jarang dikonsumsi,” ungkapnya kepada Republika.co.id, Ahad (16/6).
Suasana Pasar jajanan Ndeso, yang digelar dalam rangka Festival Desa Wisata dan Jambore Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) se-Kabupaten Semarang, di lapangan Bung Karno, Alun- alun kalirejo, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Ahad (16/6). Aneka jajanan dan makanan khas pedesaan dijajakan dalam kegiatan ini.
Di luar bubur suweg, beragam makanan khas masyarakat desa lainnya juga dijajakan di Pasar Jajanan Ndeso, yang berlangsung mulai Sabtu (15/6) hinga Ahad ini. Seperti bubur Talas, bubur Ngangkrang dan bubur Candil.
Untuk makan besar, juga tersedia aneka menu khas, seperti Sego Iriban, atau nasi dengan urapan dengan sayur daun kopi, daun kudo serta daun pepaya. Sayuran untuk urapan ini, tidak dikukus atau direbus, melainkan dilayukan dengan cara dibakar dalam rongga batang bambu.
Menu ini semakin menarik dengan lauk peyek ikan teri atau ayam bakar. Selain itu juga ada Oblok- oblok daun kopi dengan lauk jangan (sayur) belut panggang, gablok/ gendar pecel, aneka olahan getuk berbahan dasar singkong.
Tak ketinggalan Dawet Nganten, dawet ketan duren, cao dan masih banyak lagi. Untuk bisa mencicipi sensasi aneka jajanan khas desa ini tidak membayar lagsung dengan uang tunai, melainkan menukarnya dengan sekeping koin dari tempurung kelapa.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Dewi Pramuningsih mengatakan, pasar jajanan ndeso ini menjadi salah satu potensi yang mendapat perhatian pada kegiatan tahunan Festival Desa Wisata dan Jambore Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) se-Kabupaten Semarang tahun 2019.
Selain menampilkan potensi jajanan dan makanan khas yang sudah jarang ditemukan lagi, dalam kegiatan yang diikuti tak kurang 21 Pokdarwis ini juga digelar pameran produk unggulan dan inovasi desa wisata dan kompetisi antar desa wisata dan pokdarwis se-Kabupaten Semarang.
Ia juga menambahkan, jajanan dan makanan khas, bisa menjadi ungulan jika ditawarkan dengan inovasi seperti pasar jajanan ndeso ini. Kegiatan festival ini juga mengusung Sarasehan Desa Wisata, bersama akademisi dan praktisi desa wisata. “Tujuannya untuk menyiapkan desa wisata yang berdaya saing dan layak jual,” kata dia.