REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menanggapi kelanjutan wacana Wajib Militer (Wamil) di Tanah Air. Ia menilai saat ini wacana tersebut belum tepat diwujudkan.
Ryamizard lebih menyoroti akan pentingnya menanamkan nilai Pancasila pada anak bangsa. Menurutnya, upaya ini belum maksimal dilakukan. Sehingga ia merasa wamil yang sudah dilakukan seperti di Korea Selatan dan Amerika Serikat tak perlu dilakukan saat ini.
"Ke depan ini perangnya mindset. Pancasila harus dipatrikan benar ke warga negara. Ini saja belum selesai, walau rencana wamil di negara lain sudah laksanakan," katanya pada wartawan di Kemenhan, Selasa, (17/6).
Walau begitu, ia mengapresiasi munculnya wacana wamil di Nusantara. Ia merasa hal tersebut didasari kesadaran warga akan keinginan membela negara dari segala ancaman.
"Itu wacana anak bangsa tapi Kemenhan masih berpatokan pada bela negara. Bagaimana jiwa dan pemikiran tidak berubah (melenceng dari Pancasila). Itu dengan dasar UUD 1945 akab dipatrikan terus ke dada dan benak, khususnya ke prajurit dan rakyat," ujarnya.
Sebelumnya, wacana wamil kembali diutarakan oleh Anggota I BPK Agung Firman Sampurna usai menyerahkan laporan hasil pemeriksaan BPK terhadap Kemenhan yang berstatus Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada siang ini, Senin (17/6). Usai mencermati laporan keuangan Kemenhan, Agung menganggap wacana wamil bisa saja dilakukan.
"Peran OMSP (operasi militer selain perang) penting enggak cuma OMP (operasi militer perang). Seperti negara maju, tingkatkan program bela negara biar terstruktur dengan wamil. Mulai lakukan," ucapnya.