Senin 17 Jun 2019 15:31 WIB

Pemerintah Belum Punya Jawaban Soal Dana Talangan Lapindo

Lapindo wajib lunasi dana talangan pemerintah sebesar Rp 827 miliar pada Juni 2019

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Endapan lumpur Lapindo mengering di kolam penampungan titik 41, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (10/10).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Endapan lumpur Lapindo mengering di kolam penampungan titik 41, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah belum punya keputusan soal jatuh tempo pembayaran kembali dana talangan oleh PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ). Berdasarkan persetujuan awal, anak perusahaan PT Lapindo Brantas tersebut memang diwajibkan melunasi dana talangan sebesar Rp 827 miliar paling lambat empat tahun sejak pencairan pada medio 2015 lalu. Artinya, Juni 2019 ini adalah batas waktu pelunasan kepada pemerintah.

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo menyebutkan, langkah lanjutan soal tenggat pembayaran dana talangan terkait insiden 'Lumpur Lapindo' tersebut akan dibicarakan bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Senada dengan Mardiasmo, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyerahkan urusan teknis pembayaran kembali dana talangan Lapindo kepada Menteri Keuangan.

"Tadi dengan Pak Wamen (Keuangan) saya sudah bilang, 'Mas iki piye?', dia mau nanya Bu Menteri," kata Basuki usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Senin (17/6).

Pada 2018 lalu, PT MLJ sempat mengajukan perpanjangan tenggat waktu pembayaran dana talangan. Dana talangan Lapindo sendiri cair pada Juli 2015 lalu, setelah sempat terganjal di tahap finalisasi terutama untuk dokumen perjanjian antara pemerintah dengan Minarak Lapindo Jaya (MLJ). Pemerintah akhirnya setuju mengucurkan dana talangan senilai Rp 827 miliar kepada MLJ.

Dana tersebut dihitung sebagai hutang dan Pemerintah memberikan waktu empat tahun bagi MLJ untuk melunasi hutang plus bunga sebesar 4,8 persen. Dana senilai Rp 827 miliar itu merupakan hasil verifikasi dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Dari jumlah itu, sebanyak Rp 781 miliar di antaranya akan dibagikan kepada korban.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement