Selasa 18 Jun 2019 13:06 WIB

AS Kembali Tambah Personel Militer ke Timur Tengah

Penambahan personel militer menyusul memanasnya Timur Tengah.

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Nashih Nashrullah
Pasukan Amerika di Suriah
Foto: VOA
Pasukan Amerika di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat akan kembali mengerahkan sekitar 1.000 pasukan militer tambahan ke Timur Tengah. Pengerahan pasukan ini merupakan tujuan defensif untuk mengantisipasi ancaman dari Iran, terutama pascaserangan dua kapal tanker di Teluk Oman beberapa waktu lalu.

"Serangan Iran baru-baru ini telah divalidasi oleh intelijen yang andal dan kredibel, pasukan Iran dan kelompok-kelompok proksi mereka mengancam personel dan kepentingan AS di seluruh kawasan," kata Plt Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Patrick Shanahan dalam sebuah pernyataan, Selasa (18/6). 

Baca Juga

Pengerahan pasukan tersebut merupakan tambahan dari 1.500 pasukan yang sebelumnya telah dikirim ke Timur Tengah, pada bulan lalu. Seorang pejabat pertahanan AS yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pengerahan pasukan baru tersebut termasuk pasukan yang memiliki kemampuan intelijen, pengawasan, dan pengintaian udara yang dapat mendeteksi ancaman serta mengambil citra satelit. 

Selain itu, penambahan pasukan juga akan melibatkan personel yang memperkuat perlindungan pasukan AS yang sebelumnya telah dikerahkan ke wilayah Timur Tengah. 

Pemerintahan Trump menuding Iran berada di balik serangan dua kapal tanker di Teluk Oman. AS merilis sebuah video yang menunjukkan bahwa Garda Revolusi Iran berada di balik serangan tersebut. 

"Iran bertanggung jawab atas serangan, berdasarkan bukti video dan sumber daya kami," kata Komando Pusat dalam sebuah pernyataan.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, telah berbicara dengan para pejabat dari North Atlantic Treaty Organization, Cina, Kuwait, Korea Selatan, Inggris, dan negara-negara lainnya. Pompeo juga menunjukkan berbagai bukti keterlibatan Iran terhadap serangan kapal tanker berbendera Norwegia dan Jepang. 

Pompeo mengatakan, AS tidak ingin berperang dengan Iran. Namun AS akan mengambil sikap dalam setiap tindakan yang diperlukan, termasuk diplomasi untuk menjamin keamanan navigasi yang melalui jalur pelayaran Timur Tengah. 

Kepala Staf Angkatan Bersenjatan Iran, Mohammad Baqeri, membantah bahwa Teheran berada di balik serangan dua kapal tanker di Teluk Oman. Baqeri mengatakan, jika Iran memutuskan untuk memblokir jalur pelayaran strategis di Selat Hormuz, maka akan dilakukan secara terbuka.

Sementara, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, mengatakan Teheran bertanggung jawab atas keamanan di Teluk dan mendesak pasukan AS untuk meninggalkan kawasan itu.  

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement