REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Bajuri
"Setiap manusia tentu pernah berbuat salah, dan sebaik-baik manusia yang bersalah adalah yang mau bertobat." (HR Tirmidzi).
Umar bin Khathab adalah sahabat yang dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa setan segan untuk menggodanya. Ia seorang yang kuat, tegas, dan keras, tetapi ia tetap seorang manusia. Sewaktu ia tersinggung oleh ucapan Abu Bakar, hatinya luka; ia pulang, dan Abu Bakar ditinggalkannya untuk menjaga agar luka hatinya tidak bertambah parah.
Abu Bakar menyesal atas kejadian itu. Akhirnya ia pergi ke rumah Umar untuk meminta maaf. Ia tidak ingin perasaan buruk itu tetap menghantui perasaanya, sebab hati nurani itu selalu jujur; ia mengakui kesalahan dan kekeliruannya sekalipun lidahnya mengingkarinya.
Namun, Abu Bakar lebih merasa tersiksa lagi hatinya, sebab ketika ia meminta maaf kepada Umar, ternyata Umar tidak mau memberi maaf kepadanya. Ia tidak kuat menahan kepedihan hatinya karena niat baiknya tidak diterima oleh Umar. Kemudian ia pun pergi menghadap Rasulullah SAW untuk meringankan beban hatinya.
Demikian juga dengan Umar, ia pun menyesal atas apa yang diperbuatnya, yakni menutup pintu waktu Abu Bakar datang meminta maaf. Maka dari itu, ia pergi ke rumah Abu Bakar, namun Abu Bakar tidak ada di rumahnya. Kemudian ia pergi ke rumah Rasullulah.
Di sana, kedua sahabat ini bertemu; di sana keduanya tidak menghitung-hitung jasa dan tidak pula membela diri supaya dia yang benar sementara yang lain salah. Justru yang terjadi sebaliknya.
Abu Bakar berkata, "Aku yang lebih zalim, aku yang lebih zalim." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari).
Dengan demikian, suasana menjadi jernih kembali, mereka saling memaafkan. Dan nikmat persahabatan dan persaudaraan telah menghapus semua rasa kesumat dan kedengkian.
Hal itu terjadi berkat ketakwaan mereka yang mendorong untuk kembali ke jalan yang aman, yang diridai oleh Allah. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS Al-A'raf:201).