REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, Kementerian Pertanian terus memacu perkembangan biodiesel 100 persen (B-100) yang sudah diujicobakan ke 50 mobil dinas dan alat mesin pertanian (alsintan). Kendati begitu dia mengatakan belum mengetahui lebih jauh perihal efek samping B-100 terhadap mesin.
Seperti diketahui, sejak dua tahun terakhir Kementan melakukan penelitian dan pengembangan B-100 guna mengurangi ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang ditentang Eropa. Hal tersebut, kata Amran, dilakukan guna menggenjot konsumsi CPO di dalam negeri semakin besar selain dialokasikan sebagai bahan baku produk-produk olahan.
“Yang penting, B-100 ini bisa dipakai ke mesin. Bisa dijalankan itu mesinnya dari Bogor ke Surabata, Surabaya ke Jakarta,” kata Amran kepada Republika.co.id, Selasa (18/6).
Amran menyebut, penggunaan B-100 memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan minyak diesel lainnya seperti solar. Jika dibandingkan, kata dia, B-100 memiliki efektivitas yang tinggi dibandingkan dengan solar. Dengan jarak tempuh sebesar 13,5 kilometer (km) per liter, Amran menyebut B-100 lebih hemat jarak tempuh dibandingkan solar yang hanya mampu menempuh 9 km per liter.
Sedangkan terkait harga, Amran memastikan harga B-100 tidak akan lebih mahal dari solar. Kendati, ia memproyeksi, harga B-100 bisa saja sama atau mungkin lebih rendah dibandingkan harga solar. Untuk itu, saat ini dia mendorong penggunaan B-100 di lingkup pertanian agar memacu penggunaannya.
Mengingat realisasi penggunaan B30 belum dimungkinkan, Amran tetap meyakini bahwa B-100 sudah siap pakai dan sudah mampu menjawab tantangan nasional dan internasional. Dia mengklaim, penggunaan B-100 nantinya dapat mengurangi impor solar sebesar 16 juta ton. Sebab saat ini, kata dia, Indonesia sudah mengekspor CPO sebesar 20 juta ton.
“Nanti suruh produsen-produsen itu ubah mobilnya agar sesuai dengan biofuel. Kita maksimalkan ini nanti B-100,” kata dia.