Selasa 18 Jun 2019 16:03 WIB

Prancis Sesalkan Iran Tingkatkan Pengayaan Uranium

Presiden Prancis akan berbicara dengan pemerintahan Iran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran
Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyesali tindakan Iran yang akan meningkatkan pengayaan uranium. Macron menambahkan, pihaknya akan melakukan pembicaraan dengan Iran untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan eskalasi lebih lanjut.  

 "Saya menyesalkan atas pengumuman yang dibuat Iran, tetapi seperti yang digarisbawahi oleh IAEA (Badan Energi Atom Internasional) bahwa Iran menghormati komitmennya dan kami mendorong Iran untuk bersabar dan bertanggung jawab," ujar Macron dalam konferensi pers, Selasa (18/6).

Baca Juga

Macron mengatakan ada jeda hingga 8 Juli untuk dialog lebih lanjut dan menyelamatkan Kesepakatan Nuklir Iran 2015. Menurut Macron, peningkatan eskalasi yang terjadi saat ini tidak menyelesaikan masalah. 

"Semua bentuk eskalasi tidak berjalan ke arah yang benar, dan tidak akan membantu Iran serta komunitas internasional. Sehingga kami bersama dengan mitra akan melakukan semua yang bisa untuk membuka dialog," kata Macron. 

Sementara itu, Iran akan meninggalkan pakta non-proliferasi jika Uni Eropa (UE) gagal menyelamatkan kesepakatan nuklir. Ketua Komite Nuklir Parlemen Iran, Mojtaba Zolnour mengatakan, tidak banyak waktu bagi UE untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir tersebut. Iran memberikan tenggat waktu selama 60 hari bagi UE.

"Tidak banyak waktu yang tersisa, dari 60 hari yang telah kami berikan kepada Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir. Setelah itu, Iran akan menangguhkan pakta non-proliferasi," ujar Zolnour dikuti dari kantor berita Fars.

Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat, sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun lalu. Eskalasi semakin meningkat sejak terjadinya serangan terhadap empat kapal tanker minyak pada Mei lalu, dan belum lama ini terjadi lagi serangan kapal tanker di Teluk Oman. AS menuding, Iran berada di balik serangan kapal tanker tersebut.

Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) akan meningkatkan produksi pengayaan uranium sebanyak empat kali lipat dalam 10 hari ke depan. Peningkatan tersebut melampaui limit yang ditetapkan dalam Perjanjian Nuklir Iran 2015. 

"Kami telah meningkatkan tingkat pengayaan (uranium) hingga empat kali lipat, sehingga dalam 10 hari ke depan akan melewati batas 300 kilogram," ujar juru bicara AEOI Behrouz Kamalvandi.

Dalam Perjanjian Nuklir Iran 2015, cadangan uranium pengayaan rendah (low enriched uranium) dibatasi tidak boleh lebih dari 300 kilogram dengan konsentrasi 3,67 persen. Jumlah tersebut jauh di bawah tingkat konsentrasi 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. Adapun uranium uranium bisa digunakan untuk membuat reaktor nuklir, dan berpotensi membuat senjata nuklir. 

"Cadangan (uranium) Iran setiap hari meningkat pada tingkat yang lebih cepat," kata Kamalvandi. 

Langkah Iran tersebut akan semakin mengancam hancurnya kesepakatan nuklir yang ditandatangani oleh Rusia, Inggris, Jerman, Cina, dan Prancis. Kesepakatan nuklir dibuat untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, dengan imbalan penghapusan sebagian besar sanksi internasional. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement