Selasa 18 Jun 2019 23:00 WIB

UIII Diharapkan Beri Kemajuan Peradaban Islam dan Indonesia

UIII merupakan harapan guna memperkuat lembaga pendidikan Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof Komaruddin Hidayat sebagai Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) periode 2019-2024 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (13/6).
Foto: Humas Kemenag
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof Komaruddin Hidayat sebagai Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) periode 2019-2024 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Ketua Bidang Tarbiyah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Irfan Saprudin, membangun kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) merupakan pekerjaan yang panjang dan lambat. Ia berharap kajian yang dikembangkan di UIII ini tidak sama dengan lembaga pendidikan yang sudah ada seperti halnya UIN/IAIN.

Karena jika masih sama, menurutnya, akan sulit untuk memberikan percepatan terhadap pencerahan kemajuan pendidikan. Bagaimanapun, ia menilai bahwa proses pendidikan memakan waktu yang panjang dan hasilnya harus menunggu lama. Karena itulah, ia berharap bahwa Komaruddin yang diangkat sebagai Rektor UIII ini dapat memberi kemajuan terhadap peradaban Islam dan Indonesia. 

"Dengan adanya UIII jelas itu suatu harapan yang bisa mempercepat perubahan ke Islam moderasi. Tetapi jika gagal, menjadi penghambat dalam kemajuan pendidikan Islam di Indonesia," kata Irfan, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Selasa (18/6).

Dalam hal ini, Irfan justru menyarankan agar pemerintah memperkuat dan mengembangkan lembaga pendidikan Islam yang sudah ada seperti UIN/IAIN.

Menurutnya, pemerintah bisa menambah sarana, menyekolahkan sumber daya manusia (SDM) di kampus tersebut baik di dalam maupun luar negeri, serta memperbesar anggarannya. Di sini, pemerintah dikatakannya bisa memilih beberapa UIN yang besar dan mewakili provinsi. 

Berkaitan dengan pendidikan Islam, Irfan menilai tantangan yang berat dan masih besar terletak pada SDM. Pasalnya, SDM tersebut masih belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan Indonesia.

Hal itu dapat dilihat dari jumlah penduduk Muslim Indonesia yang terdidik dan belum terdidik, yang angka kesenjangannya masih lebar. Tidak hanya itu, ia juga menilai jumlah SDM Muslim yang menjadi pakar dalam berbagai disiplin ilmu belum banyak dan merata. 

"Pengembangan program studi yang seimbang antara prodi Umum (Science dan Technology) dengan ilmu-ilmu keagamaan masih jauh lebih banyak kajian ilmu keIslaman yang murni. Kurikulum yang terintegrasi antara keIslaman dan keilmuan umum masih sedikit dan hanya di beberapa kajian humaniora," lanjutnya.

Dalam hal ini, ia menekankan beberapa hal yang perlu dibenahi. Hal itu di antaranya, penyediaan SDM Muslim yang unggul, sarana prasarana termasuk ruang belajar dan laboratorium yang lengkap, referensi atau sumber rujukan keilmuan yang harus memadai. Selain itu, ia menambahkan agar diperkuatnya regulasi tentang sistem pendidikan Islam.

Menurutnya, regulasi tersebut harus memenuhi perubahan yang akan terjadi di masa depan. Di samping itu, ia juga menekankan agar adanya pendanaan yang kuat dari negara atas lembaga pendidikan Islam. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement