REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan pendukung Ikhwanul Muslimin (IM) turun ke jalan-jalan di Ankara, ibu kota Turki, dan Istanbul pada Selasa (18/6). Mereka berkabung atas kematian mantan Presiden Mesir, Muhammad Mursi.
Sejumlah pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menyalahkan pihak berwenang di Kairo atas kematiannya. Mursi meninggal pada Senin setelah jatuh pingsan di persidangan atas dakwaan-dakwaan spionase.
Mursi yang berusia 67 tahun ditahan sejak militer yang dipimpin presiden Mesir sekarang Abdul Fattah al-Sisi menggulingkannya pada 2013. Mursi dikudeta setelah hampir setahun menjadi presiden menyusul protes-protes massal menentang pemerintahannya.
Sekitar 500 orang di Ankara berdoa di jalan pusat kota menghentikan lalu lintas di luar Kedutaan Besar Mesir. Kondisi itu berbeda dari suasana di Kairo pada Selasa pagi yang tak ada tanda-tanda protes. Mesir sudah mengambil tindakan keras atas kelompok-kelompok Ikhwanul Muslimin sejak penggulingan Mursi.
Kerumunan massa di Ankara meneriakkan "Sisi Pembunuh. Mursi Syahid" dan membawa bendera-bendera yang bertuliskan "Kudeta akan dikalahkan".
Ratusan pengunjuk rasa lain juga menghadiri pemakaman simbolik di Distrik Fatih, Istanbul, dan memegang foto-foto Mursi dengan meneriakkan "Allahu Akbar".
Kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia menyerukan penyelidikan atas kematian Mursi dan mempertanyakan perlakuan atas dia di penjara. Pemerintah Mesir telah membantah tuduhan-tuduhan bahwa ia tidak diberi perawatan sebagaimana mestinya.
Presiden Turki, Tayyip Erdogan, seorang pendukung Mursi, menyebutnya seorang syuhada pada Senin. Para pemimpin Muslim mengatakan akan mengadakan pemakaman simbolik bagi Mursi di seluruh 81 provinsi di Turki.
Partai AK pimpinan Erdogan telah mendukung pemerintahan Mesir di bawah Mursi yang berlangsung singkat. Banyak anggota dan pendukung IM pergi ke Turki sejak kegiatan-kegiatannya dilarang di Mesir.