Rabu 19 Jun 2019 14:03 WIB

Kemenperin Targetkan 5.000 UMKM Masuk Markeplace Tahun Ini

Sejak program e-Smart IKM dimulai pada 2017, sudah 7.000 UMKM masuk marketplace.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Pengrajin menyulam mukena dan busana muslim untuk selanjutnya diekspor ke Hongkong dan Malaysia di Sumbersari, Malang, Jawa Timur, Sabtu (18/5/2019).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pengrajin menyulam mukena dan busana muslim untuk selanjutnya diekspor ke Hongkong dan Malaysia di Sumbersari, Malang, Jawa Timur, Sabtu (18/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian, menargetkan sebanyak 5.000 usaha mikro, kecil, dan menengah dari berbagai bidang dapat masuk ke plaform digital tahun ini. Namun, diakui mendorong UMKM untuk masuk ke sektor digital bukan perkara mudah bahkan seringkali pelaku UMKM tidak dapat menjalankan usaha secara digital secara berkelanjutan. 

Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Kemenperin Edy Suswanto, mengatakan, 31 Mei 2019, tercatat sekitar 3.000 UMKM telah mendaftarkan diri melalui marketplace yang ada saat ini untuk menjajakan produk. Jumlah tersebut merupakan hasil dari sosialisasi serta lokakarya yang dilakukan pemerintah pusat bersama pemerintah daerah. 

Baca Juga

"Soal manajemen itu penting untuk bisa masuk ke online. Sebab, hanya dengan manajemen yang bagus kualitas produk yang dijual itu bisa sustain. Tanpa itu tidak bisa," kata Edy kepada wartawan di Jakarta, Rabu (19/6). 

Edy memaparkan, sejak 2017 program e-Smart IKM dimulai, hingga tahun 2019 ini pihaknya mencatat sekitar 7.000 UMKM yang berada bawah pembinaan Kemenperin telah masuk ke marketplace. Terdiri dari sektor makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fashion, herbal, kosmetik, dan industri kreatif. 

Adapun total nilai transaksi perdagangan daring dari jumlah 7.000 UMKM itu tercatat telah mencapai Rp 2,3 miliar. Dari total transaksi itu, sebanyak 63,87 persen atau senilai 725 miliar berasal dari sektor makanan minuman. 

"Kebanyakan UMKM yang masuk ke marketplace memang sektor makanan dan minuman," ujarnnya. 

Ia mengatakan, kualitas dan standar produk menjadi masalah yang kerap dihadapi UMKM untuk bisa bersaing di pasar digital. Alhasil, kerap kali UMKM yang telah menjajaki pasar daring kembali menutup akun dan berjualan secara konvensional. 

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga memiliki program serupa untuk mendorong UMKM masuk ke marketplace. Kepala Sub Direktorat Pengembangan Ekonomi Digital Pariwisata, Transportasi, dan Perdagangan Kominfo, Sumarno mengatakan, pihaknya memiki tim khusus untuk terjun ke pusat-pusat perdagangan daerah yang diisi oleh pelaku UMKM. 

"Tim kita sudah kita latig untuk bisa memberikan kejelasan kepada para pedagang. Apa keuntungannya, susah atau tidak, apa peluang yang didapat kalau masuk ke online," ujar dia. 

Tahun ini, Sumarno mengatakan, Kominfo memprioritaskan pendampingan UMKM agar masuk ke marketplace di 50 kota seluruh Indonesia. Setelah UMKM menjajaki pasar digital, selanjutnya pendampingan dilakukan bersama Kemenkop UKM, Kemenperin, Kemendes PDTT, sekaligus Smesco Indonesia. "Mereka tidak kita lepas begitu saja akan ada pendampingan dan pembinaan agar mereka semakin terampil," ujarnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement