REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- SMAN 2 Purbalingga telah merampungkan produksi film anak berjudul Tepa Selira. Sinema yang menyasar penonton anak dan keluarga itu merupakan karya Brankas Film, sub-ekstrakulikuler Teater Brankas di sekolah tersebut.
"Bagi kami, memproduksi film anak-anak merupakan tantangan tersendiri karena harus lebih ekstra dalam menghadapi pemain. Terlebih konten cerita yang bagi kami cukup berat namun menarik," kata sutradara film Nazahah Kusnun Khotimah.
Pelajar kelas XII itu mengatakan produksi dikerjakan pada Senin (17/6) di tiga lokasi berbeda. Tim menggarap film di Desa Slinga Kecamatan Kaligondang, Kelurahan Wirasana Kecamatan Purbalingga, dan Desa Dawuhan Kecamatan Padamara.
Produksi film difasilitasi oleh Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga. Film berkisah tentang toleransi tiga sahabat dengan latar agama berbeda. Amir beragama Islam, Kusno penganut kepercayaan, dan Ayong beragama Konghucu.
Suatu hari, Ayong diminta ibunya mencari buah lamtorogung (petai cina) untuk jamu sang kakek. Dia dibantu dua sahabatnya. Di perjalanan, terdengar suara azan Ashar. Ayong mengingatkan Amir untuk shalat namun Amir tidak membawa sarung.
Beruntung, Kusno yang memang sehari-hari memakai jarit, meminjaminya. Perjalanan selanjutnya sebelum sampai ke kebun milik orang tua Amir, mereka melewati sawah milik orang tua Kusno. Ketiganya mengejar sosok yang sedang merusak sesaji.
Pemeran Ayong, Nicholas Jason Sugiarto, mengaku sempat mengalami kesulitan dalam berperan. Kendala yang dia hadapi terkait bahasa. Namun, semua itu berhasil diatasi berkat bantuan kru produksi yang sabar melatih dan mengajarinya.
"Aku kesehariannya memakai bahasa Indonesia, jadi sempat sulit saat membaca skenario memakai bahasa Banyumas," ujar siswa kelas V Sekolah Dasar Pius Purbalingga itu.
Produser pelaksana Sekar Arum Pamularsi mengatakan pihak sekolah sangat mendukung karya para siswa tersebut. Rencananya, film akan diikutkan pada kompetisi pelajar se-Banyumas Raya, Festival Film Purbalingga (FFP) 2019.