Rabu 19 Jun 2019 17:45 WIB

Petani Banyumas Baru Tanam Padi, Pengeringan Irigasi Ditunda

Pengeringan saluran irigasi baru akan dilakukan 1,5 hingga 2 bulan ke depan

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah petani mempersiapkan bibit padi untuk ditanam di area persawahan.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Sejumlah petani mempersiapkan bibit padi untuk ditanam di area persawahan.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Untuk memberi kesempatan petani menyelesaikan masa tanamnya, proses pengeringan saluran irigasi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ditunda selama 1,2 hingga 2 bulan ke depan.

''Biasanya, pengeringan dilakukan bersamaan dengan datangnya musim kemarau. Namun mengingat sebagian besar petani baru memulai musim tanam, maka proses pengeringan irigasi dilakukan penundaan,'' jelas Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Banyumas, Widarso, Rabu (19/6).

Disebutkan, proses pengeringan saluran irigasi, setiap tahun memang dilakukan pada setiap musim kemarau. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada pemerintah dan penanggung jawab jaringan irigasi untuk melakukan pemeliharaan. ''Untuk saluran-saluran irigasi yang yang rusak, memang baru dilakukan bersamaan dengan musim kemarau,'' katanya.

Namun mengingat banyak petani di Banyumas baru memulai musim tanam pada Juni 2019 ini, maka proses pengeringan saluran irigasi baru akan dilakukan 1,5 hingga 2 bulan ke depan. ''Paling setelah tanaman padi petani telah berusia dua bulan. Dengan demikian, kalau pun terjadi kekurangan petani tidak terlalu lama menggunakan mesin pompa air untuk mengairi sawahnya,'' ujarnya.

Salah satu saluran irigasi yang dilakukan penundaan pengeringan, antara lain saluran air yang bersumber dari Bendung Gerak Serayu (BGS) di Desa Gambarsari Kecamatan Kabasen Kabupaten Banyumas. Air irigasi dari BGS ini, selain dialirkan ke wilayah Cilacap, juga dialirkan ke wilayah Banyumas barat bagian selatan.

Menurutnya, bila pengeringan dilakukan sesuai jadwal, maka pengeringan irigasi harus sudah dilakukan pada Juni 2019 ini. ''Kalau sekarang dikeringkan, maka akan banyak petani kesulitan memelihara tanamannya. Bahkan mungkin akan banyak yang puso akibat kekeringan,'' jelasnya.

Untuk itu, pihaknya kemudian mengusulkan pada pihak terkait untuk menunda pengeringan. ''Berdasarkan usul tersebut, pengeringan kemungkinan baru akan dilaksanakan pertengahan Juli 2019. Rencananya, pengeringan akan dilakukan secara total,'' katanya.

Ia mengakui, kondisi BGS sebenarnya sudah mendesak untuk dilakukan pengeringan karena sudah cukup banyak terjadi kerusakan pada bangunan saluran irigasi. Namun mengingat kondisi petani yang masih sangat membutuhkan air, maka perbaikan saluran irigasi bisa dilaksanakan pada sekitar Agustus 2019.

Menurutnya, areal persawahan yang mendapat suplai air dari BGS mencapai puluhan ribu hektare. Tidak hanya di wilayah Banyumas, melainkan juga di wilayah Cilacap.

''Untuk wilayah Banyumas, areal persawahan yang mendapat oncoran air dari BGS mencapai sekitar 5.000 hektare. Sedangkan di wilayah Cilacap, lebih luas lagi meliputi wilayah lumbung pangan di Kecamatan Kesugihan, Maos, dan Sampang,'' ujar dia.

Menyinggung masalah penggunaan pompa air pada saat pengeringan dilakukan, Widarso menyebutkan, pihak memiliki ratusan unit pompa air yang saat ini sudah dikelola berbagai kelompok tani. ''Pompa yang sudah ada di kelompok tani itu, nantinya bisa digunakan untuk menyuplai air dari sungai,'' katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement