REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono mengatakan gagasan tentang pemisahan tenda laki-laki dan perempuan di kawasan TNGR tidak akan dilaksanakan. Sudiyono menyebut program pemisahan tersebut akan menimbulkan pro dan kontra.
"Kami sampaikan program (pemisahan) tersebut tidak akan kami laksanakan karena bukan menjadi prioritas TNGR," ujar Sudiyono, Rabu (19/6) malam.
Sudiyono menyampaikan, Balai TNGR tetap mendukung program wisata halal Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, gagasan pemisahan tenda laki-laki dan perempuan di Gunung Rinjani belum menjadi prioritas.
TNGR, kata Sudiyono, sedang fokus membenahi manajemen pendakian mengingat hampir satu tahun jalur pendakian Gunung Rinjani ditutup akibat bencana gempa yang melanda Lombok pada akhir Juli lalu. "Pada saat ini kami sedang fokus pada perbaikan manajemen pendakian khususnya pada e-ticketing, pengelolaan sampah, dan perbaikan sarana prasarana jalur pendakian," ucap Sudiyono.
Sudiyono meminta semua pihak mengakhiri perdebatan wacana pemisahan tenda untuk laki-laki dan perempuan yang dinilai hanya akan merugikan dunia pariwisata.
Jalur Pendakian Gunung Rinjani telah kembali dibuka pada Jumat (14/6). Sebelumnya, jalur pendakian Gunung Rinjani ditutup sebagai dampak akibat gempa yang melanda Pulau Lombok pada tahun lalu.
Gunung Rinjani. (dokumentasi TNGR)
Sudiyono mengatakan pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Rinjani sudah diputuskan berdasarkan hasil rapat bersama dengan pemerintah daerah hingga para pelaku wisata. Sebelumnya, kata Sudiyono, tim gabungan juga telah melakukan lebih dari lima kali survei lapangan untuk mengecek kondisi jalur pendakian.
"Semoga dengan dibuka kembali, aktivitas perekonomian masyarakat bisa kembali pulih," kata Sudiyono, belum lama ini.
Sudiyono menyampaikan, jalur pendakian akan menggunakan beberapa jalur lama yang dianggap aman untuk dilewati, serta sejumlah jalur baru. Balai TNGR juga menerapkan kuota terbatas.
Untuk jalur pendakian dari pintu Sembalun dan Senaru, Balai TNGR memberikan kuota sebanyak masing-masing 150 pendaki setiap hari. Sementara untuk jalur pendakian yang melalui pintu Aik Berik dan Timbanuh, pengelola memberikan kuota masing-masing 100 pendaki setiap hari.
"Pengunjung yang ingin melakukan pendakian bisa mendaftar lewat aplikasi e-rinjani yang bisa diakses dengan mengunduh aplikasi di playstore," kata Sudiyono.
Gunung Rinjani dari Bukit Pergasingan, Sembalun, Lombok. (Republika/ Wihdan Hidayat).
Sebagai tahap awal, pendaki belum bisa menuju puncak dan Segara Anak. Hal ini tak lepas dari pertimbangkan keamanan dan kenyamanan.
Balai TNGR, lanjut Sudiyono, juga akan memeriksa barang bawaan setiap pendaki, baik saat hendak mendaki maupun setelah turun dari pendakian. Kebijakan ini diterapkan guna menekan persoalan sampah yang ada di Gunung Rinjani.
Sebagai langkah mitigasi bencanan, Balai TNGR bersama para pemandu wisata akan memberikan sosialisasi kepada pendaki untuk terkait apa yang harus dilakukan saat terjadi kondisi darurat.
"Kami sudah memasang rambu-rambu agar tidak tersesat dan ada tanda di ujung pendakian. Artinya pendaki tidak boleh melebihi garis batas itu, kita berharap semuanya bisa mematuhi dan tidak melewati dari yang sudah ditetapkan," ucap Sudiyono.