Kamis 20 Jun 2019 08:08 WIB

Limbah Sampah Impor Pernah Dibuang ke Bantargebang

Limbah sampah impor itu sisa dari penyortiran oleh sebuah pabrik kertas.

Rep: Febryan A./ Red: Ani Nursalikah
Kondisi terkini Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi.
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Kondisi terkini Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Para pengepul hasil pungutan sampah di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, mengaku terdapat satu tempat pembuangan limbah sampah impor di wilayah setempat. Selain itu, pernah ada pengepul yang diminta untuk menerima limbah sampah impor itu dengan imbalan Rp 200 ribu untuk satu truk.

Salah seorang pengepul sampah di dekat Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Yana (40 tahun), mengaku pernah ditawari limbah sampah impor dari sebuah perusahaan kertas yang berlokasi di Cibitung, Kabupaten Bekasi. Tapi, ia menolak menerima sisa sampah itu karena hanya dibayar Rp 200 ribu, sedangkan ia menginginkan Rp 500 ribu untuk setiap truknya.

Baca Juga

"Sekitar dua atau tiga bulan yang lalu perusahan kertas itu menawarkan kepada saya, tapi saya tidak mau. Cuma sebagian warga di sekitar sini mau menampung sisa sampah impor itu," kata Yana yang tinggal di RT 1 RW 4, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang itu.

Ia menceritakan, limbah sampah impor itu merupakan sisa sampah impor yang sudah disortir oleh pabrik kertas yang berlokasi di Cibitung itu. Setelah mereka ambil bagian kertasnya, kata Yana, lalu sisa sampah berupa plastik dan logam akan diberikan ke pengepul atau dibuang.

Sebagian pengepul tertarik karena mendapatkan sampah secara cuma-cuma dan juga diberikan uang sebesar Rp 200 ribu untuk setiap truknya. Adapun setiap truk itu, menurut dia, membawa sisa sampah impor sekitar enam ton.

"Sebelum ditawarkan ke pengepul dan pemulung, limbah impor itu sudah dipres dan diikat dengan kawat oleh perusahaan itu seukuran karung goni besar," kata dia sembari menunjuk karung goni berukuran sekitar 2×3 meter di depan rumahnya.

Namun, Yana tak bisa menunjukkan lokasi keberadaan sampah impor itu di wilayahnya. Hal itu karena sampah impor itu masuk ke wilayah setempat sekitar dua atau tiga bulan yang lalu.

"Tapi kalau ingin lihat langsung, di dekat TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sumur Batu itu masih ada ditimbun," kata dia menyarankan kepada Republika.co.id.

Republika.co.id pun beranjak ke wilayah dekat TPA Sumur Batu atau lebih tepatnya di RT 1 RW 1, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang. Disana Republika.co.id menemui Kurnia (38), salah seorang pengepul sampah dari para pemulung di TPA Sumur Batu.

Kurnia membenarkan adanya limbah atau sisa limbah impor yang dibuang ke wilayah setempat. Ia pun mengatakan limbah itu berasal dari sebuah pabrik kertas di Cibitung.

"Sampah itu datang sekitar dua atau tiga bulan yang lalu. Itu (lokasinya) disamping pabrik. Cuma 100 meter dari sini," kata Kurnia sembari menunjuk ke arah tempat yang ia sebutkan.

Tapi, kata Kurnia, tempat itu kini sudah ditutupi dengan seng disekelilingnya. Ia pun menyarankan Republika.co.id untuk mengecek sendiri lokasinya.

Memang disana tampak seng menutupi lahan kosong dengan luas sekitar 500 meter persegi itu. Dari luar pagar tampak lahan kosong itu merupakan bekas timbunan. Tetapi bukan timbunan tanah, melainkan timbunan material yang tampak berwarna putih dan abu-abu.

Ketika mengamati titik yang diduga tempat pembuangan limbah sampah impor itu, dua orang pemulung melintas disana. Salah satunya Didi (34). Ia mengatakan lokasi tersebut memang tempat pembuangan sampah impor dari sebuah perusahaan kertas di Cibitung.

"Sekitar tiga-empat bulan yang lalu itu truknya datang kesini untuk membuang sampah itu. Setiap hari biasanya ada sekitar 20 truk yang datang," kata Didi.

Didi menuturkan, lahan kosong itu dulunya seperti kolam, tapi sekarang sudah tampak rata dan sejajar dengan permukaan jalan di depannya karena ditimbun sampah tersebut. Ia pun mengatakan, tak ada proses penyortiran sampah sisa impor itu oleh pemulung.

"Nggak ada, cuma dibuang saja kesini," kata dia.

Republika.co.id pun mencoba melihat tumpukan sampah yang seperti timbunan itu lebih dekat. Tampak diantara tumpukan yang sudah rata itu kabel-kabel bekas berwarna putih, botol-botol plastik berwarna hijau dan juga karung plastik yang berisikan sejumlah material di dalamnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement