Kamis 20 Jun 2019 10:33 WIB

Bank Sentral Jepang Tahan Kebijakan Moneter Ultra-Longgar

Ekonomi Jepang diperkirakan tumbuh melambat pada kuartal II.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Bank of Japan
Foto: wadsam.com
Bank of Japan

REPUBLIKA.CO.ID, Tokyo -- Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), secara luas diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar tidak berubah pada Kamis (20/6). Namun, bank sentral juga mengisyaratkan kesiapannya untuk meningkatkan stimulus jika risiko global mengancam ekspansi ekonomi negara itu, akibat semakin meluasnya perang dagang Amerika Serikat-Cina.

BOJ berada di bawah tekanan untuk menanggapi meningkatnya risiko pemulihan Jepang, karena prospek ekonomi global yang semakin suram mendorong Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menghentikan petunjuk pelonggaran moneter lebih lanjut. The Fed mempertahankan suku bunga tak berubah pada Rabu (19/6), tetapi mengatakan pihaknya siap untuk memerangi risiko-risiko dengan memangkas suku bunga mulai bulan depan, memperkuat harapan bahwa bank-bank sentral utama sekarang telah bergeser ke arah topping up, bukan whittling down, mode kebijakan krisis mereka.

Baca Juga

Namun demikian, banyak pembuat kebijakan Jepang hati-hati akan perluasan stimulus dalam waktu dekat, karena percetakan uang bertahun-tahun telah membuat mereka kekurangan amunisi. Para analis mengatakan, memotong suku bunga lebih dalam ke wilayah negatif atau menurunkan target imbal hasil jangka panjangnya dapat menjadi bumerang dengan menempatkan tekanan lebih lanjut pada keuntungan lembaga keuangan.

Pada tinjauan suku bunga dua hari yang berakhir pada Kamis, BOJ diharapkan untuk mempertahankan target suku bunga jangka pendek di minus 0,1 persen dan janji untuk memandu imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun sekitar nol persen. Hal ini juga terlihat menjaga janji longgar untuk membeli obligasi pemerintah sehingga saldo kepemilikannya meningkat sekitar 80 triliun yen (738 miliar dolar AS) per tahun.

Seorang pejabat mengatakan BOJ tidak akan melonggar hanya karena Fed melonggarkan kebijakannya. "Pemicu untuk bertindak adalah ketika ekonomi kehilangan momentum untuk mencapai inflasi dua persen," kata seorang pejabat dengan pengetahuan tentang pemikiran BOJ.

Ekonomi Jepang tumbuh sebesar 2,1 persen secara tahunan pada Januari-Maret. Banyak analis memperkirakan pertumbuhan akan melambat di kuartal mendatang karena pertikaian perdagangan AS dan Cina merusak perdagangan global. Kenaikan pajak penjualan yang dijadwalkan pada Oktober juga dapat membatasi konsumsi.

Inflasi konsumen inti tahunan mencapai 0,9 persen pada April, tetap jauh dari target BOJ dua persen, meskipun bertahun-tahun menggelontorkan stimulus besar dan radikal. Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan kepada parlemen bahwa sembilan anggota dewan bank sentral akan pasti memperdebatkan meningkatkan risiko global pada tinjauan suku bunga minggu ini.

Pada konferensi pers setelah pertemuan, Kuroda kemungkinan akan memperkuat pandangannya bahwa bank sentral siap untuk menggunakan stimulus tambahan jika risiko-risiko mengancam akan menggagalkan jalan ekonomi menuju pencapaian target inflasi. Banyak di BOJ yang memilih untuk menunggu lebih banyak data, seperti survei sentimen bisnis triwulanan 'tankan' bank sentral yang akan dirilis 1 Juli, untuk melihat seberapa dalam ketegangan perdagangan dapat mengganggu permintaan domestik, kata sumber tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement