Kamis 20 Jun 2019 14:41 WIB

40 Anggota Taliban Tewas dalam Operasi Militer Afghanistan

Serangan udara diluncurkan pasukan militer Afghanistan ke basis Taliban.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Tentara Taliban sedang berjaga-jaga di Bamiyan, Afghanistan.
Foto: ap
Tentara Taliban sedang berjaga-jaga di Bamiyan, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Sebanyak lebih dari 40 orang yang diyakini sebagai anggota Taliban tewas dalam operasi militer Afghanistan yang dilakukan selama 24 jam terakhir. Hal itu dilaporkan oleh pejabat-pejabat berwenang negara itu, dikutip dari Xinhua pada Kamis (20/6). 

Dalam operasi pasukan militer Afghanistan kali ini, serangan udara diluncurkan di sejumlah wilayah di dalam negara itu, yang diyakini sebagai basis Taliban pada Rabu (19/6). Wilayah itu di antaranya adalah di distrik Farah Rod, Provinsi Farah, di mana empat anggota kelompok militan tersebut dilaporkan tewas. 

Baca Juga

Kemudian,  di hari yang sama, militer Afghanistan juga melakukan pertempuran di distrik Shuhada, Provinsi Badakhshan. Sebanyak tujuh anggota Taliban tewas, serta lima lainnya terluka. Sementara itu, ada dua personel pasukan keamanan yang dilaporkan harus kehilangan nyawa dalam bentrokan.

Pertempuran lainnya juga terjadi di distrik Yahya Khil, Provinsi Paktika, wilayah timur Afghanistan. Dalam bentrokan tersebut, tiga anggota Taliban dan satu seorang perwira polisi tewas. 

Operasi militer kemudian dilakukan di distrik Ghormach yang dianggap sebagai wilayah strategis baik bagi Pemerintah Afghanistan maupun Taliban. Dalam upaya merebut kontrol daerah itu sepenuhnya, pasukan keamanan harus melakukan pertempuran yang mengakibatkan 25 anggota kelompok tersebut tewas dan 16 lainnya tewas.

Belum ada laporan apakah ada personel keamanan yang tewas maupun terluka dalam bentrokan di Ghormach. Dalam beberapa waktu terakhir, pasukan militer Afghanistan dan Taliban nampaknya telah meningkatkan operasi mereka. 

Meski demikian, dalam satu tahun terakhir, Taliban telah gencar meluncurkan serangan yang menargetkan pasukan keamanan Afghanistan serta warga sipil di sejumlah wilayah negara itu, khususnya di Ibu Kota Kabul. Serangan terus terjadi meskipun Taliban telah terlibat  dalam pembicaraan menuju perdamaian dengan Amerika Serikat (AS), menjelang putaran negosiasi selanjutnya. Dalam pembicaraan pada bulan lalu, masing-masing pihak menyebut adanya kemajuan. 

Upaya mengakhiri perang di Afghanistan telah meningkat sejak AS menunjuk utusan perdamaian Zalmay Khalilzad pada September tahun lalu. Ia kemudian telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan dengan Taliban. 

Meski demikian, Taliban menolak untuk melakukan negosiasi dengan Pemerintah Afghanistan yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani, yang kelompok itu katakan sebagai ‘boneka AS’. Situasi di salah satu negara Timur Tengah semakin diperburuk dengan kehadiran Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang memanfaatkan situasi konflik dan membangun basis di wilayah timur dan utara. 

Taliban juga berulang kali menolak seruan gencatan senjata di Afghanistan. Kelompok itu kemudian memberi pesan bahwa mereka akan terus melanjutkan perang, bersamaan dengan pembicaraan damai. Mereka diyakini akan terlibat dalam negosiasi dengan pihak yang terkuat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement