REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam membentuk tim khusus sekaligus melibatkan empat ilmuwan Rusia untuk membantu membalsem ulang jenazah pemimpin sekaligus pendiri negara tersebut, Ho Chi Minh. Sebuah dewan khusus telah dibentuk untuk melihat kondisi jenazah Ho yang pertama kali dibalsem pada 50 tahun lalu.
"Dewan tersebut bertugas mengusulkan rencana dan langkah-langkah ilmiah untuk menjaga dan melindungi keamanan jenazah Ho Chi Minh untuk jangka panjang," ujar pernyataan dari tim ahli khusus tersebut, Kamis (20/6).
Beberapa negara di dunia, termasuk Cina, Korea Utara, dan Vietnam membalsem para pendiri negara mereka. Teknik membalsem jenazah ini dilakukan berkat bantuan dari Lab Lenin di Uni Soviet, yang sebelumnya telah membalsem jenazah Vladamir Lenin pada 1924.
Jenazah yang dibalsem membutuhkan perawatan rutin dengan biaya yang tidak murah. Jenazah Ho diawetkan di sebuah mausoleum besar yang dibangun oleh Soviet di Hanoi.
Mausoleum Ho kerap dihadiri oleh ribuan pengunjung dari Vietnam, maupun luar negeri. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pernah meletakkan karangan bunga di luar mausoleum Ho pada Maret lalu.
Ho meninggal dunia pada September 1969. Ketika Uni Soviet runtuh pada 1991, Rusia mulai memberikan biaya tambahan bagi pasokan campuran bahan kimia yang diperlukan untuk membalsem Ho. Kemudian pada 2003, Vietnam meminta Rusia untuk memindahkan produksi kimia ke Asia Tenggara, dan mengirim ilmuwan ke Moskow untuk mempelajari rahasia Lab Lenin.
"Para ahli Rusia memproduksi bahan kimia secara diam-diam, tanpa memberi tahu kami," ujar seorang pejabat di museum Cao Dinh Kiem.
"Ketika mereka selesai, pekerja Vietnam ditugaskan untuk membersihkan situs, dan kami mendapat kesempatan untuk mempelajari dari kain kasa dan cairan yang tersisa," kata Cao.
Para ilmuwan Vietnam kini telah menguasai seni dan teknik mumifikasi. Tetapi mereka tetap membutuhkan ilmuwan Rusia untuk membantu pemeliharaan jenazah secara tahunan.