REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemkab Sleman mengambil langkah antisipatif pencegahan dan penanganan penyakit antraks. Salah satunya lewat sosialisasi kebijakan penanganan atraks di Kabupaten Sleman.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, kasus antraks di Kabupaten Sleman terakhir ditemukan pada 2003 lalu. Ditemukan pada sapi yang mati di Kecamatan Pakem.
Hasil pemeriksaan kala itu menyatakan sapi tersebut memang telah positif antraks. Joko mengingatkan, antraks merupakan penyakit menular hewan peliharaan atau liar pemamah biak.
Seperti sapi, domba, kerbau, kuda dan babi. Penyebabnya, tidak lain bakteri Bacillus antracis dan memang masuk kategori zoonosis atau bisa menular ke manusia.
"Melalui kulit, inhalasi dan mulut lewat makanan dan bersifat spora," kata Joko di Kantor Setda Kabupaten Sleman, Kamis (20/6).
Joko menerangkan, hingga saat ini tidak ada kasus antraks pada manusia yang ditemukan. Tapi, untuk pencegahan dan penanganan, diberlakukan pengamatan ke penderita atau tersangka terpapar.
Selain itu, akan dilakukan pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi sedini mungkin. Utamanya, bila ada penderita dengan gejala mirip antraks di puskesmas-puskesmas atau rumah-rumah sakit.
"Kita juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan melakukan koordinasi bersama lintas sektor dalam rangka mencegah penyebaran penyakit ke daerah lain," ujar Joko.
Medik Veteriner Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Wisnu Sutomo menuturkan, pola penurunan antraks pada manusia ada beberapa. Dalam tradisi penyembelihan, misal.
Dalam tradisi hewan penyembelihan hewan ternak yang mati mendadak biasanya daging rebahan dibagikan ke tetangga. Bahkan, dengan alasan ekonomi ada yang dijual dengan harga murah.
Penularan antraks dapat pula terjadi karena konsumsi daging yang dimasak kurang matang. Menurut Wisnu, hewan ternak yang mati mendadak tidak boleh dibuka.
Sebab, oksigen yang masuk ke dalam tubuh hewan itu dapat membantu pembentukan spora antraks. Hewan ternak mati mendadak sebaiknya jangan disembelih atau dibuka.
"Agar oksigen tidak masuk, sehingga bakteri antraks akan hancur karena tidak sempat membentuk spora bersama dengan bangkai," kata Wisnu.
Pada kesempatan itu, turut hadir Kepala Bagian Kesra Setda Kabupaten Sleman, Iriansya. Ia menekankan, sosialisasi digelar memang untuk menyamakan persepsi tentang penanganan antraks.
Sosialisasi itu diikuti puluhan orang yang terdiri dari camat-camat, kepala-kepala desa, puskesmas dan puskeswan. Turut hadir penyuluh-penyuluh peternakan di Kabupaten Sleman.