Kamis 20 Jun 2019 20:46 WIB

Musisi Muda ini Selipkan Makna Ayat Surah Yaasin di Lagunya

Surah Yaasin menginspirasi penulisan lagu.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Alquran
Foto: Mgrol100
Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah seorang musisi muda, Vimast, membuat sebuah lagu yang di dalamnya diselipkan sepenggal ayat dalam surah Yaasin. Lagu berjudul ‘Membaca Pertanda’ sudah lama dirilis featuring Enau Band dan diproduseri oleh Geisha, yang kini official videonya di YouTube sudah ditonton oleh ribuan mata. 

Vimast membuat lirik itu terinspirasi dari sebuah foto yang dia lihat dalam salah satu acara Dompet Dhuafa. “Di foto itu ada anak kecil seperti bengong, sambil memegang boneka. Tergurat fase kehilangan di wajahnya, mungkin lagi mencari orang tuanya,” ungkap dia dalam acara Halal Bihalal Dompet Dhuafa di Bakso Boedjangan, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (20/6).

Baca Juga

Dalam foto tersebut, anak kecil yang memegang boneka itu, berdiri di hadapan rumah yang sudah hancur rata dengan tanah, dan hanya tertinggal atap rumahnya. Matanya juga menitikkan air mata. Dari situ muncul sebuah pemikiran dari Vimast mengenai pertanda. 

Ketika seorang anak lahir, para orang tua tentu bisa melihat pertandanya, mengetahui perkiraan kelahiran, dan bahkan mengurusi akta kelahiran. Namun untuk kematian, pertanda itu tidak bisa terlihat, bisa terjadi kapanpun, bahkan ada orang-orang yang meninggal tanpa pernah ditemukan jasadnya dan tidak ada akta kematiannya.  

Arti dari surah Yaasin dalam Alquran, memang banyak membicarakan pertanda-pertanda yang kadang dilalaikan manusia. Vimast menulis lirik lagunya, terinspirasi dari surah Yasin namun sudah dia improve juga berdasarkan tafsir beberapa syekh yang dia baca, agar mudah dicerna masyarakat.  

“Bencana itu kalau kita baca pertanda (Alquran) itu pasti ada sebabnya, tidak mungkin terjadi begitu saja. Jadi saya merasa harus ikut bareng Dompet Dhuafa, waktu itu program #MillenialMembangunMasjid,” ungkap Vimast.

Saat lirik ‘Membaca Pertanda’ dibuat Vimast, bertepatan dengan bencana gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, dimana 40 persen masjid di Palu semua rusak. Lirik lagunya adalah:

Bumi yang sabar, jangan bergetar. Karena hatiku tak mungkin tegar. Air yang tenang, jangan kau menyerang. Karena air mataku tak cukup mengenang, yang hilang...

Kadang ku salah dan keras kepala, segalanya tentangku saja. Tuhan maafkan sombongnya diriku, yang tak bisa membaca pertanda. 

Jika Tuhan bohong belaka, dan ayat-Nya bualan saja, hutan, gunung, langit, laut-Nya, dan aku kekal selamanya. Lantas mengapa semua sementara? Lantas sampai kapan kita tak mau percaya?

Kita dan alam semesta, bagai anak dan ibunya. Kadangkala tak sejalan, namun tak terpisahkan. Demi Tuhan saling cinta.

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement