Jumat 21 Jun 2019 13:15 WIB

BMKG Ungkap Penyebab Yogyakarta Terasa Lebih Dingin

BMKG mencatat suhu udara di Yogyakarta belakangan mencapai 18 derajat Celsius.

Wisata Edukasi Taman Pintar. Pegunjung mencoba wahan permainan di Taman Pintar Yogyakarta, Selasa (11/6/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Wisata Edukasi Taman Pintar. Pegunjung mencoba wahan permainan di Taman Pintar Yogyakarta, Selasa (11/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyebutkan suhu udara di Daerah Istimewa Yogyakarta beberapa hari terakhir mencapai 18 derajat Celcius. Angka tersebut merupakan suhu titik terendah.

"Suhu udara terendah khususnya malam hari, dalam beberapa hari ini berkisar 18 derajat Celcius," kata Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Yogyakarta Sigit Hadi Prakosa di Yogyakarta, Jumat.

Baca Juga

Menurut Sigit, suhu udara dingin diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2019. Ia menjelaskan, fenomena itu disebabkan karena saat ini Yogyakarta telah memasuki musim kemarau di mana cuaca pada musim kemarau didominasi oleh langit cerah tanpa ada tutupan awan.

"Kondisi ini mengakibatkan pelepasan radiasi panas dari bumi ke atmosfer pada malam hari terjadi tanpa halangan sehingga mengakibatkan suhu udara di permukaan bumi cepat mendingin," katanya.

Selain itu, bulan Juni juga bertepatan saat Australia sedang mengalami musim dingin. Embusan angin dari Australia ke Asia (monsoon dingin Australia) yang melewati Pulau Jawa berpengaruh terhadap penurunan suhu udara di Yogyakarta.

Faktor pemicu lainnya, menurut Sigit, ialah posisi matahari yang saat ini dalam gerak semu tahunan berada hampir di garis balik utara tepatnya pada 23.5 lintang utara. Posisi tepatnya dicapai pada 21 Juni yang berdampak pada menurunnya intensitas radiasi matahari yang diterima wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk di Yogyakarta.

"Interaksi ketiga faktor inilah yang menyebabkan suhu yang kita rasakan dalam beberapa hari ini terasa dingin," kata Sigit.

Selama berlangsungnya suhu udara dingin, Sigit berharap masyarakat mewaspadai potensi peningkatan penyakit pernapasan yang diakibatkan virus atau bakteri. Jika paparan udara dingin terus berlangsung maka akan terjadi penurunan suhu tubuh.

Oleh sebab itu, Sigit mengimbau masyarakat tidak menggunakan pendingin udara ruangan dengan menyetel suhu terlalu rendah, menggunakan krim pelembab kulit, mengonsumi makanan secara cukup, serta minum minuman yang hangat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement