Sabtu 22 Jun 2019 09:40 WIB

Harga Minyak Naik Dipicu Kekhawatiran Geopolitik

Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat memicu kenaikan harga minyak.

Kilang minyak Iran.
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Kilang minyak Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat (21/6), menyusul reli besar-besaran di sesi sebelumnya. Kenaikan hargai ini dipicu kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan Amerika Serikat (AS) dan Iran serta potensi gangguan pasokan energi terus mengguncang pasar.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 0,36 dolar AS menjadi menetap pada 57,43 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus naik 0,75 dolar AS menjadi ditutup pada 65,20 dolar AS per barel pada London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Presiden AS Donald Trump pada Jumat mengkonfirmasi bahwa ia mengizinkan serangan militer terhadap Iran sebagai pembalasan karena menembak jatuh pesawat tanpa awak atau drone militer AS. Tetapi, ia membatalkan operasi 10 menit sebelum mereka implementasikan.

Pada Kamis (19/6), Korps Pengawal Revolusi Islam Iran mengumumkan angkatan udaranya menjatuhkan pesawat mata-mata Global Hawk AS RQ-4 ketika memasuki wilayah udara Iran di dekat wilayah Gunung Mobarak di pantai selatan provinsi Hormozgan. "Iran membuat kesalahan yang sangat buruk," kata Trump kepada wartawan di kemudian hari, menambahkan bahwa penembakan drone adalah masalah baru yang Amerika Serikat tidak akan tolerir.

Insiden ini semakin memicu ketegangan yang sedang berlangsung antara Washington dan Teheran. Seperti diketahui, ketegangan kedua negara meningkat sejak Washington memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dan melanjutkan sanksi maksimum terhadap Teheran.

"Peningkatan ketegangan yang mengakibatkan gangguan minyak kemungkinan akan menyebabkan harga minyak melonjak," kata analis di bank investasi UBS dalam sebuah catatan.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari prospek pemangkasan pasokan berkepanjangan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. OPEC dan sekutunya diperkirakan akan bertemu pada 1 dan 2 Juli, membahas apakah akan memperpanjang perjanjian pemotongan 1,2 juta barel per hari produksi yang berakhir bulan ini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement