REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Heroik M Pratama menilai dinamika yang terjadi di Partai Golkar pascapencoblosan Pemilu 2019 kali ini merupakan hal yang wajar. Ia menilai, sebagai partai yang kaya pengalaman, Partai Golkar dianggap mampu bertahan di setiap konflik internal yang terjadi.
"Aspek dimensi pengelolaan Partai Golkar ini sudah cenderung mapan, sehingga dia mampu mengelola konflik itu sehingga meskipun saat ini mulai muncul wacana sebagainya, saya kira mereka mampu me-manage hal itu dengan baik," ujar Heroik dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (22/6).
Menurutnya, hal tersebut dibuktikan dengan survei yang dilakukan sejumlah lembaga bagaimana perolehan suara kepala daerah yang diusung Partai Golkar terbilang cukup siginifikan. Bahkan, sejak pemilu 1999-2019 Partai Golkar kerap menduduki posisi tiga besar.
"Itu kan bisa jadi kematangan Golkar," katanya.
Ia menilai wajar jika Partai Golkar berupaya melakukan evaluasi selepas pemilu ini, dan hal itu lumrah terjadi di partai manapun. Apalagi, lanjutnya, Indonesia baru saja menyelesaikan pemilu serentak.
"Tentunya ini sudah menjadi nature-nya partai politik, setelah pemilu mereka sudah melakukan evaluasi terhadap mesin partainya, apakah mereka sudah bekerja maksimal di Pemilu 2019 ini," jelasnya.
Politikus senior Partai Golkar Yorrys Raweyai menilai selain pengetahuan, pengalaman menjadi modal penting bagi Partai Golkar dalam menyelesaikan suatu konflik. Menurutnya tidak heran jika Partai Golkar menjadi partai yang paling dewasa dalam berpolitik.
"Sehingga berbagai macam persoalan itu kita lebih berpikir bahwa mengapa kita tidak selesaikan ke dalam saja sehingga tekanan ini kita tetap mempertahankan keutuhan itu," ujarnya. ()