Ahad 23 Jun 2019 18:01 WIB

Musim Kemarau Picu Kenaikan Harga Sayuran di Pasar

Musim kemarau membuat petani mengeluarkan biaya lebih besar untuk menyiram tanaman.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Gita Amanda
Pedagang menata sayuran yang dijual . (Ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menata sayuran yang dijual . (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Musim kemarau telah memicu kenaikan harga sejumlah sayuran di pasar tradisional di Kota Cirebon. Tak hanya itu, suhu udara panas dan keterbatasan air di musim kemarau ini juga telah membuat kualitas sayuran jadi menurun.

Hal itu seperti yang terlihat di Pasar Pagi, Kota Cirebon, Ahad (23/6). Di pasar tersebut, kenaikan harga di antaranya terjadi pada kacang panjang dari yang sebelumnyadi kisaran Rp 7 ribu - Rp 8 ribu per kilogram (kg) kini menjadi Rp 20 ribu per kg.

Baca Juga

Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada kentang, dari yang semula harga paling tinggi Rp 10 ribu per kg kini menjadi Rp 14 ribu per kg, labu siyam dari yang semula di kisaran Rp 4 ribu - Rp 5 ribu per kg kini menjadi Rp 10 ribu per kg.

"Kangkung juga sama, harganya ikut naik,’’ terang seorang penjual sayur, Ilah.

Khusus untuk kangkung, Ilah terpaksa mengurangi isi kangkung dalam setiap ikatannya sehingga bisa tetap menjualnya dengan harga yang sama yaitu Rp 1.000 per ikat. Padahal, biasanya dengan harga Rp 1.000, konsumen bisa memperoleh kangkung dengan isi yang lebih banyak di setiap ikatannya.

Ilah menambahkan, kenaikan harga juga terjadi pada cabai merah. Semula, harga cabai merah hanya di kisaran Rp Rp 25 ribu per kg. Namun, harga cabai merah kemudian naik menjadi Rp 35 ribu per kg dan dalam waktu singkat kini harganya sudah mencapai Rp 45 ribu per kg.

Ilah mengatakan, naiknya harga sayuran di musim kemarau itu dikarenakan petani harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk menyiram tanamannya. Sebab, di saat musim kemarau seperti sekarang, pasokan air menjadi terbatas.

"Meski harganya naik, kualitas sayuran sekarang ini justru malah turun,’’ terang Ilah.

Menurut Ilah, keterbatasan air juga akhirnya membuat sayuran menjadi layu. Bahkan, adapula petani yang memanen sayurannya lebih cepat dari waktunya untuk menghindari tanaman mati akibat kekeringan.

Hal senada diungkapkan pedagang sayur lainnya, Dedi. Dia menyebutkan, pelanggannya banyak yang mengeluh karena rasa cabai yang dijualnya kurang pedas.

"Ya gimana mau pedas, cabai masih muda sudah dipanen, untuk menghindari kekeringan,’’ terang Dedi.

Tak hanya itu, lanjut Dedi, pelanggannya juga mengeluh karena harga sejumlah komoditas sayuran naik. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena kenaikan harga itu sudah terjadi dari pedagang di pasar induknya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement