REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Cuaca sangat panas di Jeddah yang mulai terjadi pada Jumat (21/6) kemarin akan terus berlanjut selama 72 jam ke depan. Hal ini disampaikan menurut ahli klimatologi kepada media Arab Saudi, Saudi Gazette, Sabtu (22/6) waktu setempat.
Temperatur suhu mencapai hampir 50 derajat Celcius di Jeddah dan banyak daerah lain di Arab Saudi. Ketua Otoritas Umum untuk Meteorologi dan Perlindungan Lingkungan, Ayman Ghulam, mengakui suhu panas di Jeddah naik menjadi 50 derajat Celcius sejak Jumat (21/6) kemarin.
Bahkan Ghulam menyatakan, suhu panas di Jeddah kali ini menjadi yang paling tinggi selama sembilan tahun belakangan. Suhu tersebut akan mengalami fluktuasi, antara sangat panas dan panas selama musim panas yang dimulai pada 1 Juni dan akan berlanjut hingga Agustus mendatang.
Ghulam mengatakan, cuaca panas ini disebabkan angin timur yang dihasilkan dari depresi musiman. Suhu pada Jumat kemarin bukanlah yang terpanas di Jeddah. Sebab pada musim panas 2010 lalu, suhu Jeddah sempat menyentuh hingga 52 derajat Celcius.
Juru bicara otoritas, Hussain Al-Qahtani, mengatakan suhu yang tercatat di Bandara Internasional King Abdulaziz yakni 48 derajat Celcius, gedung utama otoritas di Jeddah 49 derajat Celcius, di Yanbu 43 derajat Celcius, dan di Arafah Mekkah 47 derajat Celcius.
Suhu tinggi ini disertai angin yang sangat panas, yang membuat banyak penduduk kota pantai Laut Merah sakit dan kelelahan. Seorang ahli iklim dan peneliti cuaca, Abdulaziz Al-Hossaini, mengatakan Jeddah akan terus bersuhu panas setidaknya selama tiga hari, perkiraan suhu berkisar 50 derajat Celcius.
"Ini akan menjadi hari yang sangat panas, dan itu merupakan sumber kekhawatiran besar bagi penduduk dan pengunjung," tambahnya.
Hossaini juga melanjutkan, wilayah Riyadh, Hail, Qassim, Provinsi Timur, Al-Jouf dan Provinsi Perbatasan Utara juga akan menyaksikan panas ekstrem selama jam-jam siang. Tetapi suhu akan berada pada tingkat sedang di malam hari.