Senin 24 Jun 2019 09:21 WIB

Konferensi Ekonomi Bahrain Tuai Kecaman

Inisiatif ekonomi dalam konferensi Bahrain dinilai merugikan Palestina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Penasihat Gedung Putih sekaligus menantu Presiden AS Donald Trump Jared Kushner. Kushner menginisiasi konferensi di Bahrain untuk membicarakan upaya mengangkat ekonomi negara-negara di Timur Tengah melalui investasi global.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Penasihat Gedung Putih sekaligus menantu Presiden AS Donald Trump Jared Kushner. Kushner menginisiasi konferensi di Bahrain untuk membicarakan upaya mengangkat ekonomi negara-negara di Timur Tengah melalui investasi global.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Politikus dan kritikus Arab Saudi menolak visi ekonomi Timur Tengah yang diinisiasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. AS menginisiasi konferensi di Bahrain untuk membicarakan upaya mengangkat ekonomi negara-negara di Timur Tengah melalui investasi global.

Konferensi tersebut juga merupakan bagian dari upaya perdamaian Israel-Palestina yang dirancang oleh Penasihat sekaligus menantu Presiden Trump, Jared Kushner. Namun, rencana perdamaian dan konferensi ekonomi di Bahrain tersebut mendapatkan penolakan dari Palestina.

Baca Juga

"Kami tidak membutuhkan pertemuan Bahrain untuk membangun negara kami, kami membutuhkan perdamaian. (Rencana) kebangkitan ekonomi yang tidak diikuti perdamaian adalah tidak realistis dan ilusi," kata Menteri Keuangan Palestina Shukri Bishara, Senin (24/6).

Otoritas Palestina mengatakan, proposal rencana perdamaian merupakan janji abstrak Kushner untuk menyuap Palestina agar dapat menerima pendudukan Israel. Rencana perdamaian Israel-Palestina juga mendapat kecaman dari Sudan dan Kuwait.

Kedua negara ini berpendapat, proposal rencana perdamaian yang dirancang oleh AS dan konferensi ekonomi Bahrain tidak efisien. Selain itu, partai-partai liberal dan sayap kiri Mesir juga mengecam konferensi tersebut. Mereka menyatakan, konferensi ekonomi ini merupakan upaya AS menduduki tanah Arab.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Jubeir mengatakan, segala upaya yang dilakukan untuk memperbaiki situasi Palestina harus disambut dengan baik. Namun, hal yang sangat penting adalah proses politik dalam menyelesaikan konflik dengan Israel.

"Keputusan akhir berada di tangan Palestina, karena ini adalah masalah mereka. Saya optimistis semua bisa menerima," ujar Jubeir dalam sebuah wawancara kepada France 24.

Negara-negara Teluk dan sekutu AS, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan ambil bagian dalam konferensi ekonomi di Bahrain. Selain itu, pejabat Mesir, Yordania, dan Maroko juga dipastikan hadir.

Ribuan orang di Rabat, Maroko menggelar aksi solidaritas untuk Palestina. Wakil Sekretaris Jenderal Partai PJD, Slimane Amrani mengatakan, aksi solidritas ini bertujuan mempertegas penolakan terhadap rencana perdamaian Israel-Palestina yang diinisiasi oleh AS. Menurutnya, rencana perdamaian tersebut merupakan konspirasi yang akan merugikan Palestina.

"Kami melakukan aksi ini untuk menyampaikan satu suara warga Maroko, dan menyatakan penolakan kami terhadap semua konspirasi yang merugikan Palestina," kata Amrani.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement