REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Terwujudnya kedaulatan energi nasional dengan mengurangi peran asing dalam pengelolaan energi di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama. Para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa pun memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan hal itu.
"Kedaulatan energi menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak hanya Pertamina, melainkan juga mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa,’’ tegas Presiden Federasi serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Arie Gumilar, di acara Seminar Nasional dengan tema ‘Peran Mahasiswa Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Energi sebagai Penggerak Pembangunan Nasional’, di gedung Patra Ayu Komplek Bumi Patra Indramayu, Ahad (23/6).
Seminar tersebut dihadiri 300 mahasiswa dari Dewan Energi Mahasiswa (DEM) se- Indonesia. Para peserta itu terlihat sangat bersemangat menyimak satu per satu materi yang disampaikan sejumlah pembicara.
Arie mengungkapkan, saat ini, Pertamina baru menguasai 24 persen pengelolaan migas di tanah air. Sementara sisanya, masih dikuasai oleh perusahaan asing. Hal itu menunjukkan Indonesia belum memiliki kedaulatan energi.
Arie menilai, Pertamina sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah harus mampu menjawab tantangan tersebut. Selain itu, peran serta mahasiswa dalam mendorong kedaulatan energi dengan mengurangi peran asing dalam pengelolaan energi di Indonesia juga sangat dibutuhkan. "DEM harus mampu mendorong upaya kedaulatan energi nasional,’’ katanya.
Hal senada diungkapkan Ketua Serikat Pekerja Pertamina Balongan Bersatu (SPPBB), Tri Wahyudi. Dia menjelaskan, Indonesia saat ini belum berdaulat dalam bidang energi. Menurutnya, Pertamina saat ini baru menghasilkan produksi 300 ribu barel per hari, masih jauh dari kebutuhan negara yang mencapai 1.300 barel per hari. "Sisanya impor semua,’’ kata dia.
Tri menyatakan, pada 2021 mendatang, Pertamina akan mengelola wilayah kerja migas yang ada di Blok Rokan. Setiap hari, blok tersebut memproduksi 220 ribu barel per hari. Jika blok Rokan bisa dikuasai oleh negara, maka bisa menaikkan penguasaan migas oleh Pertamina sekitar 20 persen. "Jadi nanti bisa mendekati 50 persen,’’ ujarnya.
Selama ini, Blok Rokan dikelola oleh perusahaan asal Amerika Serikat, yakni PT Chevron Pacific Indonesia. Tak hanya Blok Rokan, Tri juga berharap pengelolaan migas di blok-blok lainnya juga bisa dilakukan Pertamina. Jika pengelolaan migas sudah dikuasai oleh perusahaan nasional, maka kedaulatan energi bukan hanya mimpi.
Sementara itu, selain Arie dan Tri, seminar tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber lainnya. Yakni aktifis kedaulatan energi, Ugan Suganda, serta Direktur Eksekutif Mahasiswa Resources Studies (IRRES), Marwan Batubara.