REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai dokumentasi atas perjalanan dan petualangannya, Evliya menulis Seyahatname (Buku Perjalanan) dalam 10 volume yang berisi informasi dan catatan perjalanan negerinegeri ia singgahi.
Volume 1 (1630) Istanbul dan Sekitarnya, Volume 2 (1640) Anatolia, Kaukasus, Crete, dan Azerbaijan, Volume 3 (1648) Suriah, Palestina, Armenia, dan Rumelia, Volume 4 (1655) Anatolia Timur, Irak, dan Iran, Volume 5 (1656) Rusia dan Balkan, Volume 6 (1663/1664) Kampanye Militer di Hongaria, Volume 7 (1664) Austria, Crimea, dan Kaukasus (untuk kedua kali), Volume 8 (16671670) Yunani, Crimea dan Rumelia (untuk kedua kali), Volume 9 (1671) Berhaji ke Makkah, dan Volume 10 (1672) Mesir dan Sudan.
Catatan perjalanan yang dibuat tak hanya hasil petualangan di luar tugas resmi kerajaan, tapi juga hasil perjalanan resmi kala menemani sultan Turki Usmani melakukan kunjungan rutin, seperti ke Rusia dan Crimea. Perjalanan Evliya ke Sudan bisa dibilang sebagai eksplorasi penuh petualangan.
Buku Perjalanan (Book of Travels) karya Evliya diawali perjumpaannya dengan Rasulullah di alam mimpi. Ia lalu menuliskan catatan perjalanan pertamanya tentang Istanbul dengan deskripsi detail tentang Masjid Sultan Suleyman. Detaildetail juga ia tulis tentang Kota Galata yang dikelilingi benteng. Ia menulis tentang komunitaskomunitas internasional di kota itu beserta kebiasaan mereka. Warga di sana umumnya adalah pelayar, pedagang, perajin, dan seniman.
''Orang Yunani adalah para penjaga penginapan. Orang Armenia adalah penjual matras dan pedagang kaya. Orang Yahudi adalah makelar di pasar,'' tulis Evliya.
Satu bagian buku yang menarik adalah saat Evliya menceritakan kunjungannya ke Wina dan Gereja St Stephen. Arsitektur dan dekorasi di sana ia gambarkan dengan kemampuannya memperhatikan detail. Soal lagu dan alat musik di gereja itu, Evliya punya kesan sendiri, ''Di sana mengalun suara yang menyembilu hati, membuat bulu kuduk berdiri.''
Evliya juga menuliskan ceritacerita lokal yang ia dengar sepanjang perjalanannya, seperti perempuan yang melahirkan bayi gajah atau cerita orang Bulgaria yang menyerahkan diri dan anakanaknya pada ayam. Cerita cerita semacam ini membuat Evliya lebih dikenal sebagai penghibur ketimbang sejarawan. Terlepas dari itu, Evliya sering pula dianggap sebagai pemikir modern yang percaya pada kesamaan hak, kebebasan berpikir, dan terbuka pada debat intelektual. Namun, tak bisa disangkal, Evliya adalah pria pada zamannya, pria dengan tingkat keeksentrikan tersendiri.
Pada salah satu tulisannya, Evliya memberi penjelasan tentang sejarah Yerusalem, Masjid alAqsa dan Kubah Batu (Kubah Sakhra). Ia juga menyempatkan diri berkunjung ke Gereja Makam Kudus di Kota Lama Yerusalem dan menulis tentang perayaan Paskah yang berlangsung di sana.
Persinggahannya di Mesir juga membuahkan catatan dan informasi yang menarik, mulai dari perdagangan ular hingga buaya, dari prostitusi hingga piramid, dari acara pernikahan hingga khitan perempuan.
Evliya juga punya kisah heroik dan sedikit diplomatik. Ia pernah terlibat dalam perang melawan bangsa Mongol di Lebanon, pemberontak Celali di Anatolia, menyaksikan pengepungan Zerinvar di perbatasan Kroasia, dan ikut dalam peperangan St Gotthard. Ia juga bagian dari korps diplomatik Qara Mehmed Pasha ke Pengadilan Wina dengan kapasitas sebagai muazin dan dua kali dikirim ke Tabriz untuk bernegosiasi dengan Gubernur Safavid.
Saat ia mengambil jeda melawan mereka yang tak percaya agama di Jerman, Evliya mengisi catatan perjalanannya dengan menuliskan perbedaan antara orang Austria dan orang Hungaria. Menurutnya, orang Austria itu ceroboh karena tak pandai menggunakan bedil dan keras kepala karena tetap membasuh muka dengan air seni pada pagi hari. Sementara, orang Hungaria agak lebih beradab karena membasuh muka dengan air layaknya warga Turki Utsmani.