Senin 24 Jun 2019 19:32 WIB

Peternak Ayam di DIY Naik Pitam

Keadaan peternak di DIY saat ini dalam keadaan sekarat dan hampir bangkrut.

Rep: Wahyu Suryana/Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Daging ayam yang dijual di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Selasa (11/6).
Foto: Mimi Kartika/Republika
Daging ayam yang dijual di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Selasa (11/6).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejumlah asosiasi peternak ayam di DIY tampaknya habis kesabaran. Bahkan, harga jual ayam dari peternak yang masih sangat rendah membuat mereka berencana membagi-bagikan ayam secara gratis.

Setidaknya, ada Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) yang sudah bersuara. Mereka geram harga jual tidak kunjung normal.

Ketua Apayo, Hari Wibowo mengatakan, keadaan peternak di DIY saat ini dalam keadaan sekarat dan hampir bangkrut. Bahkan, sebagian sudah tidak berani memelihara ayam lagi.

"Sejak September 2018 sampai saat ini (Juni 2019) selama 10 bulan harga ayam hidup di kandang selalu di bawah HPP (ayam hidup 18.700 per kilogram atau karkasnya hpp Rp 30.000)," kata Hari, Senin (24/6).

Sedangkan, harga di pasar selalu di atas HPP atau sekitar 29-30.000 per kilogram. Meskipun, para pedagang membeli dari peternak dengan harga hanya 7-8.000 per kilogram karena over supply.

Untuk itu, Apayo dan Pinsar berencana membagikan ayam secara gratis di beberapa titik di DIY. Mereka memilih itu daripada menjual murah, tapi masyarakat tidak menikmati harga tersebut.

"Pembagian ayam akan dilaksanakan pada Rabu 26 Juni 2019 pukul 14.00 WIB," tulis surat pemberitahuan yang ditandatangani Ketua Apayo dan Ketua Pinsar, dan ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian DIY.

Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko mengatakan, kondisi itu terjadi kemungkinan karena ketersediaan yang cukup banyak. Sedangkan, kebutuhannya tidak sebanding ayam yang tersedia.

Ia membenarkan, harga ayam di pasar-pasar masih harga normal. Tapi, Sasongko mengaku sudah ada upaya-upaya meningkatkan harga ayam, walaupun kebijakannya lebih banyak di Dinas Perdagangan.

Sasongko mengusulkan, jika memang stoknya berlebih sebaiknya ditahan terlebih dulu untuk diolah. Artinya, jangan langsung dipasarkan secara segar saja.

"Kalau dipelihara biaya hidupnya mahal, kalau dipotong, diproses dan disimpan harga tidak turun, kami minta pelaku usaha untuk tidak dijual segar," kata Sasongko saat dihubungi Republika.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement