REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang Wendra Rona Putra menyatakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) telah mengalami masalah pada filter udara hingga terjadi kebocoran limbah fly ash and bottom ash (FABA) ke Sungai Batang Ombilin. Menurut Wendra, kerusakan cerobong asap dan pembuangan limbah PLTU mulut tambang tertua dengan kapasitas pembangkit 2x100 mega watt ini, telah menghadirkan penyakit berbahaya kepada masyarakat di sekitar pembangkit.
"Kerusakan PLTU Ombilin sudah memasuki tahap mengkhawatirkan. Masyarakat sudah mengeluhkan hal ini dan meminta operasional PLTU dihentikan sampai perbaikan selesai," kata Wendra di Kantor LBH Padang, Senin (24/6).
Wendra menjabarkan berdasarkan hasil pantauan kualitas udara ambien di Desa Sijantang Koto, Kecamatan Talawi pada satu pekan terakhir menunjukkan peningkatan partikel mikron (PM) dengan angka 2,5. Kondisi ini menurut Wendra sudah mengarah pada situasi berbahaya. Udara jadi tidak layak lagi dihirup oleh makhluk hidup.
Wendra mengatakan kondisi ini sudah mulai terjadi terhitung sejak Senin (17/6) lalu pukul 21.00 WIB. Di mana partikel PM 2,5 yang lepas ke udara mencapai angka 315 µg/m3. Situasi itu konsisten sampai Selasa (18/6) dini hari. Rabu meningkat lagi menjadi 327 µg/m3. Puncaknya kata Wendra pada Kamis (20/6) malam WIB pukul 20.00 WIB menyentuh angka 423 µg/m3.
"Kondisi ini empat kali lipat melebihi parameter maksimal yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 15 tahun 2019 tantang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Termal yakni 100 µg/m3 untuk PLTU yang dibangun sebelum permanen dilakukan," ujar Wendra.
Kondisi mengkhawatirkan akibat kebocoran cerobong asap dan pembuangan limbah PLTU Ombilin ini dijelaskan Wendra berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar PLTU Ombilin. Berdasarkan data BPS menurut Wendra dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kecamatan Talawi. Pada 2015, penderita ISPA di kecamatan tersebut berjumlah 4.914 orang. Tahun 2016, meningkat menjadi 5.038 orang. Jumlah ini menurut Wendra akan terus meningkat seiring semakin parahnya merusakan PLTU Ombilin.
Kemudian yang juga mengkhawatirkan dampak dari PLTU ini kata Wendra adalah para siswadi SDN 19 Sijantang Koto. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kesehatan paru yang dilaksanakan oleh PLN bersama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Kota Sawahlunto pada 2017 lalu diketahui dari 50 orang murid kelas tiga dan kelas empat, 76 persen diketahui telah mengalami penurunan fungsi paru-paru. Ada juga yang mengalami bronchitis kronis dan TB paru.
"Pihak PLN atau PLTU tidak dapat menunda terus perbaikan dan terus beroperasi. Karena masyarakat terutama anak-anak tidak bisa menunda pernafasan," ujar Wendra.