REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdul Mujib
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati akan Allah-lah hati menjadi tenteram" (QS 11: 28)
Jika sakinah memiliki arti ketenangan dari rasa takut, maka thuma'ninah mencakup ketenangan jiwa individu disebabkan karena memiliki berbagai ilmu dan keimanan yang kokoh.
Seperti dalam pelaksanaan rukun shalat, seluruh tahapan dari aktivitas kehidupan manusia memerlukan adanya thuma'ninah, baik dalam kondisi bekerja, bermain, bercengkerama, bahkan tidur sekalipun. Fungsi thuma'ninah selain untuk memberi ketenangan jiwa, menghindarkan diri dari segala penyakit batin seperti keresahan dan kecemasan, juga untuk menentukan apakah setiap tahapan kehidupan individu itu telah dilalui secara sempurna atau belum.
Kesempurnaan di sini menjadi target thuma'ninah, karena dinamika kehidupan manusia merupakan proses untuk mencapai kualitas manusia paripurna (insan kamil).
Ibnu Qayyim al-Jauziyah membagi thuma'ninah dalam tiga tingkatan. Pertama, thuma'ninah karena berzikir kepada Allah, sehingga menghilangkan ketakutan dan mendatangkan harapan dan ketenteraman.
Kedua, thuma'ninah ruh ketika mencapai tujuan kasyaf (terbukanya rahasia Allah), rindu akan janji suci, dan bertemu setelah berpisah. Ketiga, thuma'ninah karena menyaksikan kehadiran kasih sayang Allah, menggapai keabadian, dan mencapai derajat cahaya yang abadi.
Thuma'ninah hanya berlaku pada perbuatan yang baik, sebab hal itu akan mengakibatkan kebakaan dan kedamaian. Sementara thuma'ninah yang dikaitkan dengan perbuatan buruk atau dosa merupakan thuma'ninah yang semu, yang akan mengakibatkan kefanaan dan kekacauan, sebab dosa merupakan kondisi emosi individu yang dirasa tidak tenang setelah ia melakukan perbuatan itu dan merasa tidak enak jika perbuatannya diketahui oleh orang lain.
Seluruh perbuatan yang berlabel dosa tidak akan bermuara pada thuma'ninah, sekalipun dalam dosa terdapat kenikmatan yang semu. Thuma'ninah dapat diraih oleh individu ketika ia mentaati hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT. Dia yang menciptakan batin manusia dan yang memberi petunjuk bagaimana batin itu mendapatkan thuma'ninah.