Pastor John Girdauskas dari salah satu paroki Katolik di Tasmania, untuk pertama kalinya mengungkapkan bahwa dirinya juga merupakan korban pelecehan seksual. Pelecehan dialaminya dari seorang pastor di tahun 70-an saat dia menjadi murid Marist Regional College.
Pengakuan Seorang Pastor:
- Pastor korban pelecehan mengaku ingin agar para penyintas tahu bahwa dia memahami pengalaman mereka
- Pastor bernama John Girdauskas mengungkap kisahnya sendiri untuk membantu masyarakat yang "dikhianati" oleh mereka yang sebelumnya dipercayai
- Uskup Tasmania menyatakan menyesalkan kehancuran yang disebabkan oleh pastor pelaku pelecehan
Kepada ABC, Girdauskas mengaku dilecehkan pertama kali oleh Pastor Laurie Gallagher di tahun 70-an saat dia masih berumur 14 tahun.
Menurut pengakuannya, pelecehan itu terjadi saat mereka pergi tamasya sekolah keliling Tasmania. Pelecehan dari Pastor Gallagher, katanya, berlangsung hingga dia berusia 17 tahun.
"Saya ingat dia sering meminta saya untuk telanjang dan dia sendiri telanjang," katanya.
"Dia juga menyuruh saya memindahkan ranjangku ke kamarnya. Lalu pelecehan pun berlangsung," ujar Girdauskas.
Girdauskas yang merupakan pastor paroki Burnie-Wynyard Parish, mengaku telah dirampas kepolosannya akibat pelecehan itu.
"Untuk waktu yang lama ada kesalahan ini, kepolosan saya dirampas melalui berbagai cara."
"Jadi, inilah pria dewasa yang dalam posisi mendapat kepercayaan telah memanfaatkanku."
Terkikisnya kepercayaan
Pastor Girdauskas akan mempublikasikan kisahnya ini, katanya, untuk membantu menyembuhkan masyarakat yang "dikhianati" oleh orang-orang yang mendapatkan kepercayaan.
Dia mengatakan "bertahan" dengan tetap menjadi pastor terlepas dari pelecehan yang dialaminya, karena menemukan "pelipur lara" karena dekat dengan mereka yang juga menderita.
"Saya membagikan kisahku karena ingin orang lain tahu, sebagai pastor setempat, juga sebagai manusia, saya memahami kisah yang mereka alami," kata Pastor Girdauskas.
Lima staf Marist Regional College telah dijebloskan ke penjara karena terbukti melakukan pelanggaran seksual yang dilakukan pada 1960-an, 70-an dan 80-an.
Tiga klerus (rohaniwan) lainnya yang sudah meninggal, pernah didakwa termasuk mantan provinsial para Bapa Marist.
Pastor Gallagher meninggal pada tahun 1993 setelah mengajar di berbagai tempat di seluruh Australia.
"Menyakitkan bagi saya melihat terkikisnya kepercayaan. Padahal banyak pekerjaan baik yang dilakukan oleh komunitas orang beriman," kata Pastor Girdauskas.
Kasus hukum meningkat
Sebuah firma hukum di Canberra yang menyelidiki pelecehan seksual historis di barat laut Tasmania yakin Marist Fathers Australia dapat menghadapi klaim ganti rugi dari 100 orang korban.
Pengacara Jason Parkinson dari Porters Lawyers mengatakan pelanggaran seksual di Marist Regional College dan Sekolah Stella Maris pada 1960-an, 70-an dan 80-an merupakan salah satu "pelecehan massal terburuk di Australia".
Parkinson mewawancarai mereka yang diduga sebagai korban di Tasmania untuk membangun konstruksi hukum bersama.
Dia mengatakan banyak di antaranya adalah perempuan, termasuk yang diduga korban dari Stephen Randall, mantan wasit kriket internasional yang dijatuhi hukuman empat tahun penjara pada tahun 1999 karena pelanggaran seksual terhadap anak-anak sekolah.
"Saya telah menangani kasus pelecehan massal ini," ujar Parkinson.
"Saya sudah menangani kasus Beaudesert BoysTown di Queensland, jumlahnya ratusan kasus. Saya menangani Marist Brothers di Canberra, dan sekitar 150 kasus."
Dia memperkirakan jumlah kasus yang sama untuk sekolah di Tasmania itu.
Menurut Parkinson kekurangan skema ganti rugi Australia - termasuk batas pembayaran ganti rugi 150.000 dolar - mendorong para korban mencari pengacara sendiri.
"Kerugian ekonomi orang-orang ini bisa sangat besar," katanya. "Kita tidak mendapatkannya melalui skema ganti rugi."
"Saya pernah baca pembayaran rata-rata skema itu 82.000 dolar. Menurutku itu bahkan tidak cukup uang muka ganti rugi dalam gugatan umum."
Tak minta ganti rugi
Pastor Girdauskas mengatakan dirinya tidak akan mengajukan ganti rugi namun dia mendorong korban lain melakukannya.
"Saya kewalahan dengan proses itu. Saya dengar dari sejumlah sumber bahwa proses itu sangat sulit dan menyakitkan," katanya.
"Saya sudah memikirkannya, tapi tidak yakin apakah memiliki keberanian atau ketabahan."
Klerus dan umat paroki dalam komunitas Katolik Tasmania sekarang menyerukan ibadah rutin untuk mengakui kesalahan serta menyembuhkan luka masa lalu.
"Saya kira salah satu hal yang menyedihkan yaitu para uskup secara umum masih menyangkal," katanya.
Gereja menunjuk ke perlindungan baru
ABC meminta Uskup Agung Tasmania Julian Porteous untuk menanggapi keprihatinan seputar pendekatan gereja terhadap para korban pelecehan seksual.
Seorang juru bicara gereja mengatakan Uskup Agung berada di Roma. Dia merujuk pernyataan Uskup Agung sebelumnya bahwa dia "dihinakan oleh kasus-kasus pelecehan seksual anak-anak, dan menyesali kehancuran yang disebabkan oleh para imam itu ... yang melanggar posisi mereka sebagai orang yang dipercayai".
Dalam pernyataan sebelumnya, dia menguraikan langkah-langkah yang diambil untuk melindungi anak-anak dan orang dewasa yang rentan.
Pastor Girdauskas mengatakan pintunya selalu terbuka bagi mereka yang menderita dalam diam.
"Saya pikir banyak dari mereka yang belum terbuka dan menyampaikan kisahnya," katanya.
Yang dia harapkan, katanya, yaitu adanya semacam kelegaan, semacam pembebasan, ketika ada yang mempercayai kisah mereka.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.