REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) melakukan penelitian tentang dampak perusahaan transportasi online Gojek pada peningkatan sejumlah kota. Salah satunya adalah Kota Bandung.
"Hasil penelitian kami, ternyata Gojek mampu memberi mampu kontribusi sekitar Rp 2,1 triliun di tahun 2018 pada perekonomian Bandung," ujar Wakil Kepala LD FEB UI, Paksi Walandouw, kepada wartawan di Hotel Ibis Braga Kota Bandung, Selasa (25/6).
Menurut Paksi, angka tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan kontribusi ekonomi berasal dari selisih pendapatan seluruh mitra Gojek, yakni Go-ride, Go-car, Go-food, dan Go-life. Kontribusi ini meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai Rp 423 miliar.
Paksi menilai, dengan pertumbuhan bisnis tersebut, keberadaan teknologi mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi khususnya ke di daerah. Selain itu, inovasi teknologi pun berhasil memperluas peluang penghasilan bagi seluruh lapisan masyarakat dari berbagai latar belakangan pendidikan dan usia.
Berdasarkan klasifikasi, kata dia, Go-Food menjadi penyumbang paling besar dari segi penghasilan. Dari hasil riset, mitra pengemudi Go-Ride berkontribusi Rp 537 milliar, mitra pengemudi GO-CAR menyumbang Rp 111 milliar, sedangkan mitra Go-life kontribusinya Rp 46 milliar.
"Untuk UMKM yang ikut serta dalam Go-food sekarang mencapai Rp 1,5 triliun. Jumlah ini sangat naik karena pada 2017 baru Rp 315 miliar," kata Paksi.
Sedangkan bisnis pesan antara secara daring (online), kata dia, melalui Go-food berhasil meningkatkan 76 persen volume transaksi dengan rata-rata kenaikan omzet sebesar Rp 5,3 juta per bulan.
Untuk mitra Go-ride, kata dia, setiap tahun jumlahnya terus bertambah. Mayoritas saat ini mitra Go-ride di Bandung yang telah disurvei sebanyak 383 orang bekerja sebagai karyawan swasta mencapai 41 persen.
"Sebanyak 79 persen mitra pengemudi berusia 21-40 tahun, 86 persen mitra memiliki tingkat pendidikan SMA ke bawah, dan 83 pengemudi memiliki tanggungan," paparnya.
Pasik mengatakan, bertambahnya jumlah pengemudi karena mereka merasa lebih nyaman bekerja sebagai mitra Go-ride. Dengan waktu yang fleksibel dan pendapatan yang hampir sama dengan bekerja di perusahaan lain maka kebanyakan mitra yang sebelumnya bekerja kantoran kamudian memilih bekerja secara penuh mengantarkan penumpang.
"Mungkin merasa lebih nyaman dengan waktu dan pendapatannya juga," katanya.
Dari sisi pendapatan, kata dia, hasil survei memperlihatkan bahwa rata-rata mitra Gojek mampu merauh hasil lebih memuaskan. Untuk mitra Go-ride misalnya, pada 2018 mereka mampu mendapatkan pendapatakn per bulan sekitar Rp 3,4 juta.
Sedangkan untuk mitra Go-car, kata dia, nilainua lebih tinggi mencapai Rp 4,8 juta. Dan mitra Go-life yang di dalamnya terdapat go-clean serta Go-message sebesar Rp 4 juta.