Selasa 25 Jun 2019 17:03 WIB

Petani Kentang Dieng Keluhkan Fenomena Embun Beku

Fenomena embun beku tahun ini dinilai terlalu dini.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Esthi Maharani
Embun beku menyelimuti tanaman sayur warga di kawasan Candi Arjuna Dieng, Banjarnegara, Jateng, Sabtu (4/8).
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Embun beku menyelimuti tanaman sayur warga di kawasan Candi Arjuna Dieng, Banjarnegara, Jateng, Sabtu (4/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Fenomena embun beku yang belakangan sering terjadi pada pagi hari di Dataran Tinggi Dieng, menjadi pemandangan unik bagi wisatawan. Namun fenomena embun beku ini justru dianggap bencana bagi para petani kentang karena akan membuat tanaman yang mereka budidayakan layu dan mengering.

'''Di Dieng, embun beku itu namanya bun upas. Kami namakan bun upas, karena embun yang beku itu justru menjadi racun bagi tanaman kentang kami. Kalau terlalu sering terkena bun upas, bisa dipastikan tanaman kentang kami akan layu, mati dan mengering,'' jelas Kades Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, Slamet Budiono, Selasa (25/6).

Dia menyebutkan, fenomena embun beku atau bun upas yang terjadi pada kemarau tahun ini dinilai terlalu dini. Biasanya, bun upas baru akan muncul pada puncak kemarau atau sekitar Agustus.

''Namun pada tahun ini, bun upas sudah sering terjadi pada pada Bulan Juni ini. Bahkan pada Mei kemarin, sudah sudah terjadi meski tidak terlalu sering,'' katanya.

Menurutnya, dampak adanya bun upas sudah mulai dirasakan petani kentang. Umumnya, pada lahan kentang yang usianya masih di bawah 1 bulan, dan berlokasi di lahan yang datar.

''Kalau lahannya berada di wilayah lembah, biasanya relatif aman, karena bun upas lebih banyak terjadi di lahan datar,'' katanya.

Namun dia menyebutkan, tanaman kentang yang mati akibat bun upas saat ini, masih belum terlalu luas. Lahan yang kekeringan, baru terjadi pada spot-spot tertentu pada kawasan lahan kentang. Namun bila bun upas terjadi terus menerus, bukan tidak mungkin lahan yang terdampak akan semakin luas.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie, munculnya embun beku di dataran tinggi Dieng disebabkan oleh suhu udara dingin yang mencapai di bawah nol derajat celcius.

''Suhu udara dingin memang sedang berlangsung di seluruh wilayah Jawa,'' jelasnya.

Menurutnya, temperatur udara yang terasa dingin ini tidak hanya terjadi di dataran tinggi. Tapi juga dirasakan warga yang tinggal di dataran rendah.

''Kalau di dataran rendah saja sudah terasa dingin, maka yang di dataran tinggi akan lebih dingin lagi,'' katanya.

Dia menyebutkan, hasil analisa BMKG menyebutkan aliran massa udara di wilayah Indonesia saat ini didominasi massa udara dingin dan kering yang berasal dari benua Australia. Hal ini berpotensi mengurangi peluang pembentukan awan dan hujan di wilayah Indonesia khususnya bagian selatan, sehingga udara terasa lebih kering dan dingin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement