Rabu 26 Jun 2019 04:00 WIB

Penurunan Target Defisit Anggaran Bergantung Realisasi Pajak

Defisit anggaran tahun depan ditargetkan di rentang 1,52 persen sampai 1,75 persen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Orang Bayar Pajak
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Orang Bayar Pajak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menilai penurunan defisit anggaran yang ditargetkan oleh pemerintah pada tahun depan akan sangat bergantung pada realisasi penerimaan pajak tahun ini. Jika target pajak tidak tercapai atau terjadi shortfall, defisit anggaran bisa lebih besar.

"Defisit anggaran 2020 bisa diturunkan dengan catatan pajak tidak mengalami shortfall. Kita lihat nanti di realisasi penerimaan pajak semester kedua," kata Tauhid saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (25/6). 

Pemerintah menargetkan defisit anggaran tahun depan dapat berada di rentang 1,52 persen sampai 1,75 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka itu lebih rendah dari target defisit anggaran tahun ini sekitar 1,84 persen terhadap PDB. 

Tauhid mengatakan, penerimaan pajak tahun 2019 menjadi baseline tahun 2020 karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan belanja negara pada tahun depan. Penerimaan pajak tahun ini, pun akan berkorelasi langsung dengan target penerimaan pajak tahun depan.

Ia menambahkan, defisit anggaran 1,52 - 1,75 persen terhadap PDB ditargetkan dengan catatan, penerimaan pajak tahun 2020 bisa tumbuh 9-12 persen dari penerimaan yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp 1.557,6 triliun. 

"Saat ini, kondisi ekonomi sedang turun, global penuh ketidakpastian. Otomatis penerimaan pajak bisa turun, mau tidak mau defisit anggaran bisa saja bertambah," tutur dia. 

Kendati demikian, pihaknya memahami pemerintah menargetkan untuk menurunkan defisit anggaran untuk menjaga rasio utang terhadap PDB tetap berada di kisaran 30 persen. Selain itu, mengecilnya defisit anggaran juga mencerminkan pemerintah yang ingin 'main aman' di tengah risiko ekonomi global saat ini. 

"Ada instabilitas suku bunga dan valuta asing. Jadi memang lebih baik menekan defisit. Memang mau tidak mau itu harus dilakukan," ujar Tauhid. 

Adapun prospek penerimaan pajak pada tahun ini, Taufid mengatakan ada potensi tidak menyampai target. Sebab, pemerintah dalam beberapa waktu terakhir telah mengeluarkan berbagai insentif perpajakan yang mengurangi besaran tarif. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement