Kamis 27 Jun 2019 00:01 WIB

Indonesia Tambah Personel Perempuan Pasukan Perdamaian Dunia

Perempuan secara alami memiliki kemampuan terlibat dengan masyarakat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Seorang prajurit wanita TNI bersama anaknya menunggu daftar panggil ketika akan mudik di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (1/6/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Seorang prajurit wanita TNI bersama anaknya menunggu daftar panggil ketika akan mudik di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (1/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen TNI Joni Supriyanto mengatakan Indonesia akan meningkatkan jumlah personel perempuan dalam operasi pemeliharaan perdamaian dunia PBB. Saat ini, 2.850 personel militer dan polisi Indonesia, termasuk 100 perempuan, bertugas di misi-misi penjaga perdamaian PBB.

"Kami sedang mengisi bagaimana personel wanita meningkat dari empat persen menjadi tujuh persen. Karena ini hari baru empat persen dari jumlah total personel," kata Joni, Rabu (26/6).

Baca Juga

Joni mengatakan tujuannya menambah personel perempuan agar pasukan penjaga perdamaian dapat menarik empati masyarakat. Selain itu, perempuan juga lebih mudah menampung aspirasi masyarakat demi mencari solusi dalam konflik yang terjadi.

"Kemudian kami dengan lebih mudah mencegah terjadi konflik dengan menghadirikan wanita," katanya.

Pasukan Indonesia sudah banyak mengerahkan personel perempuan untuk mengatasi permasalahan di lapangan. Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Operasi Perdamaian Jean-Pierre Lacroix memberi apresiasi keputusan Indonesia tersebut.

"Saya pikir kami akan memiliki pasukan pejaga perdamaian yang lebih efektif jika memiliki lebih banyak personel perempuan seperti yang dikatakan Jenderal Supriyanto," katanya.

Sebab pasukan penjaga keamanan harus memiliki kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat setempat. Lacroix mengatakan karena itu keputusan Indonesia meningkatkan jumlah perempuan sangat penting. PBB pun mendukung penuh keputusan Indonesia.

Permanent Observer (Pengamat Permanen) ICRC untuk PBB Robert Mardini pun mengapresiasi hal ini. Mardini mengatakan, di banyak konflik, keberadaan personel perempuan sangat positif.

"Tidak hanya secara alami mereka memiliki kemampuan terlibat dengan masyarakat, membangun kepercayaan, mengoptimalisasi kerja tujuan penjaga perdamaian, menciptakan lingkungan yang membuat kedua belah pihak untuk dapat berdialog," kata Mardini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement