REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mahalnya harga ternak dan produk hasil peternakan yang dijual saat ini menjadi daya tarik yang luar bagi peternak. Peluang untuk mendapatkan sebuah keuntungan usaha menjadi salah satu pendorong bagi para peternak untuk meningkatkan produksi.
Pembangunan perekonomian peternakan dapat dibangun dan dikembangkan dalam lingkup usaha mikro, yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat kecil. Salah satunya di Desa Tegalwaru Kecamagan Ciampea Kabupaten Bogor.
Budi Susilo (38) memulai usaha ternak sejak 2002 silam. Dia menjalankan usaha ternak berupa kambing, domba dan sapi. Alumnus Institue Pertanian Bogor (IPB) dulunya hanya membantu menjualkan kambing milik temannya.
"Saya mulai menjalankan bisnis ternak sejak 2002 dengan menjual 13 ekor kambing. Kemudian pada 2003 merawat 40 ekor kambing, menjual 86 ekor kambing. Lalu 2004 menjual 100 ekor kambing, menjual 136 ekor kambing. Kemudian 2005 membeli 500 ekor kambing, menjual 800 ekor kambing," ujarnya saat acara Bank Mandiri Syariah mengunjungi Nasabah Ternak Kambing di Bogor, Rabu.
Menurutnya usaha ternak kambing mampu menjadikan keuntungan, sehingga pada 2006 melebarkan bisnis ternak berupa sapi. Bahkan, setiap tahunnya permintaan kambing, domba dan sapi terus mengalami peningkatan cukup signifikan.
"Lalu, 2006 membeli 800 ekor kambing, menjual 2.700 ekor kambing. Kemudian 2007 merawat 700 ekor kambing, menjual 1.700 ekor kambing. Kemudian, 2008 stabil (ternak kambing) kami menambah 40 ekor sapi, 2009 tambah 100 ekor sapi, dan 2010 beli 1000 ekor kambing, jual 1.700 ekor kambing dan tambah 150 ekor sapi," ucapnya.
Bisnis ternak Budi cukup mengalami pasang surut, terutama soal permodalan. Untungnya, pada 2010 Budi menjadi nasabah Bank Mandiri Syariah. Bermula dari situ, Budi mendapatkan pinjaman permodalan Rp 785 juta.
"Pinjaman Rp 785 juta secara keseluruhan, jadi awal saya pinjam 2010 kemudian pinjaman lagi tahun berikutnya sampai sekarang tersisa hanya Rp 70 juta," ungkapnya.
Bahkan bisnis ternak Budi kian menguntungkan apabila Idul Adha tiba. Pemesanan hewan kurban mampu mengantongi pundi-pundi keuangan Budi dan peternakan lainnya di kawasan tersebut. Saat ini, Budi memiliki 50 mitra peternak di kawasan tersebut dan dua kelompok mitra peternak di Lampung.
"Satu kelompok mitra peternak di Lampung berisi sekitar 20-25 peternak," ucapnya.
Berkat bisnis ternak di dua kawasan tersebut, Budi mampu menghasilkan omzet sekitar Rp 500 juta per bulan. Seiring berjalannya waktu, Budi melebarkan lini bisnis ternak ke bahan makanan olahan hingga aksesoris berupa tas, jaket, topi dan sendal. Bahkan bahan makanan olahan akan diekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Timur Tengah dan Afrika.
"Kami menargetkan bisa ekspor pada tahun ini. Sekarang kami masih jual di online dan kerja sama berbagai lembaga," ucapnya.
Budi pun memberikan tips menjalankan bisnis ternak. Setidaknya, seorang pembisnis ternak harus mampu menjawab tiga tantangan antara lain membuat kenyamanan bagi mitra peternak terutama sistem panen yang jelas, kedua mengenai regulasi market dan terakhir sumber permodalan yang baik.
"Dengan mitra tani konsepnya mutualismen. Jika modal sudah cair kalau program sudah jelas misal standar harga, sistem panen sesuai standar dan pendampingan," jelasnya.
Area Manager Bogor Bank Mandiri Syariah Fitria Ekayani mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa mitra Laznas untuk pengembangan hewan ternak. Langkah ini untuk mempermudah masyarakat mendapatkan daging terutama saat Idul Adha.
Di sisi lain, menurut Fitria masyarakat Bogor kebanyakan merupakan nasabah ritel konsumer mikro. Tentunya dengan berbagai macam industri.
"Outstanding konsumer mikro Rp 1,1 miliar lalu gadai di bawah Rp 100 juta dan bisnis banking misal UKM di bawah Rp 100 juta. Target mikro Rp 300 juta hingga akhir tahun," ungkapnya.