REPUBLIKA.CO.ID, MATAMOROS -- Foto seorang imigran dan anak perempuannya yang tenggelam di Sungai Rio Grande menunjukkan buruknya kebijakan suaka Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini menjadi sorotan di antara para kandidat presiden AS dalam pemilihan presiden (pilpres) 2020.
Menanggapi foto yang viral tersebut, Presiden Trump menuding Demokrat telah menghalangi upaya pemerintah menutup celah hukum AS yang mendorong imigran mengajukan permohonan suaka. "Jika mereka memperbaiki undang-undang, Anda tidak akan memilikinya. Orang-orang datang, mereka berlari melalui Rio Grande. Mereka dapat mengubahnya dengan sangat mudah sehingga orang tidak muncul, dan orang tidak akan terbunuh," ujarnya kepada wartawan, Kamis (27/6).
Salah satu kandidat presiden AS, Bernie Sanders menyebut foto yang viral tersebut sangat mengerikan. Dia mengatakan, kebijakan larangan imigran Presiden Trump justru dapat menimbulkan kasus kematian.
"Kebijakan Trump membuat semakin sulit untuk mencari suaka dan memisahkan keluarga yang melakukannya. Ini kejam, tidak manusiawi dan mengarah pada tragedi seperti ini," ujar Sanders dalam Twitter-nya.
Jumlah imigran Amerika Tengah yang datang ke AS meningkat pada tahun ini. Hal tersebut membuat Presiden Trump melakukan tindakan keras. Para imigran meninggalkan rumah mereka di Amerika Tengah untuk menghindari kemiskinan, kekeringan, dan tingkat kekerasan kriminal jalanan yang tinggi.
Agen patroli perbatasan AS telah menangkap 664 ribu orang di sepanjang perbatasan selatan tahun ini. Jumlah tersebut meningkat 144 persen dari tahun lalu.
"Sistemnya membuat kewalahan," ujar Kepala Operasi Penegakan Hukum untuk Patroli Perbatasan AS Brian Hastings.
Kematian kerap terjadi, salah satunya karena para imigran yang terkena tindak kekerasan dari para penjahat, derasnya aliran sungai yang berbahaya di Rio Grande, dan panasnya gurun. Pada Selasa lalu, Agen Patroli Perbatasan AS di dekat Eagle Pass, Texas menemukan mayat seorang pria yang tenggelam di bentangan sungai lainnya.
Patroli Perbatasan melaporkan 283 kematian migran di perbatasan pada 2018. Para aktivis mengatakan jumlah itu lebih tinggi karena banyak imigran yang tewas dalam bentangan hutan belantara di sepanjang perbatasan sepanjang 3.138 kilometer. Para imigran yang meninggal dunia tersebut jasadnya tidak pernah ditemukan.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS menerapkan sistem yang dikenal sebagai sistem pengukuran untuk menetapkan batas harian jumlah pencari suaka. Sistem ini membuat daftar tunggu semakin panjang, terutama di kota-kota perbatasan yang berbahaya.
Sistem tersebut berkontribusi pada meningkatnya jumlah migran yang melintasi perbatasan secara ilegal untuk meminta suaka. Aktivis hak-hak migran mengatakan, pembatasan tersebut dapat membahayakan para pencari suaka.
Sebelumnya, jasad seorang laki-laki dan putrinya yang berusia 23 bulan ditemukan dalam kondisi mengambang di perairan dangkal di tepi Sungai Rio Grande. Pemerintah El Salvador mengidentifikasi mereka sebagai Oscar Alberto Martinez dan putrinya, Angie Valeria Martinez.
Menurut laporan Le Duc di La Jornada, Oscar Alberto Martinez Ramirez merasa frustrasi karena keluarganya yang berasal dari El Salvador tidak dapat mewakili mereka di hadapan otoritas AS untuk mengajukan suaka. Kemudian dia memutuskan menyeberangi sungai bersama putrinya.
Ramirez sebenarnya sudah tiba di seberang sungai di wilayah Amerika dan meletakkan putrinya. Dia hendak berenang kembali menjemput istrinya Tania Vanessa Avalos.
Namun, melihat sang ayah berenang ke seberang, Valeria mengejarnya ke sungai. Ramirez kembali ke seberang dan berhasil meraih putrinya, tetapi arus deras menyapu keduanya.