REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Direktur urusan AS di Kementerian Luar Negeri Korut, Kwon Jong Gun mengatakan Amerika Serikat (AS) harus membuat strategi baru untuk menghidupkan kembali perundingan denuklirisasi, pada Kamis (27/6). Hal itu ia sampaikan mengingat tenggat waktu akhir tahun yang ditetapkan oleh Korut semakin dekat.
"Dialog tidak terjadi dengan sendirinya ketika Amerika Serikat tidak bertindak untuk datang dengan pendekatan realistis yang melayani kepentingan kedua belah pihak dan berbicara tentang memulai kembali pembicaraan," kata Kwon dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh Pyongyang, melalui kantor berita resmi KCNA.
"Amerika Serikat tidak punya banyak waktu tersisa jika ingin membuahkan hasil," ucapnya.
Pemimpin Korut Kim Jong-un mengatakan setelah gagalnya perundingan dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump pada Februari, pertemuan ketiga hanya mungkin dilakukan jika Washington mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel. Kim mengatakan akan menunggu hingga akhir tahun.
Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan, Amerika Serikat berada dalam pembicaraan di belakang layar dengan Korut mengenai kemungkinan pertemuan puncak ketiga, dan telah mengusulkan menghidupkan kembali negosiasi tingkat kerja. Trump mengatakan pada Rabu bahwa ia tidak akan bertemu dengan pemimpin Korut selama perjalanannya ke Asia untuk KTT G20 di Jepang pekan ini, yang juga akan mencakup kunjungan ke Korsel.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut menyatakan pada Rabu, perpanjangan sanksi AS terhadap Korut baru-baru ini adalah tindakan permusuhan. Selain itu, sanksi menjadi tantangan langsung pertemuan puncak pertama antara Kim dan Trump di Singapura tahun lalu.
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan bahwa pertukaran surat baru-baru ini antara Trump dan Kim meningkatkan harapan untuk memulai kembali pembicaraan. Ia menyebutnya sebagai kemungkinan yang sangat nyata.