Kamis 27 Jun 2019 14:32 WIB

Korsel: Isu Nuklir Korut Berbeda dari Iran

Korut dan AS menegosiasikan masalah nuklir, sementara Iran dan AS tidak melakukannya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Badan Energi Atom Internasional berkibar di di Vienna International China dalam rangka pembicaraan nuklir Iran bersama Prancis, Jerman, Inggris, Cina, Rusia, AS, dan Iran, Ahad (17/1).
Foto: EPA
Bendera Badan Energi Atom Internasional berkibar di di Vienna International China dalam rangka pembicaraan nuklir Iran bersama Prancis, Jerman, Inggris, Cina, Rusia, AS, dan Iran, Ahad (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel) Kim Yeon-chul mengatakan meski isu nuklir Korea Utara dan Iran memiliki kesamaan, tetapi keduanya tidak dapat dilihat dengan cara yang sama. Hal itu karena Washington dan Pyongyang memiliki upaya bersama untuk mengakhiri kebuntuan negosiasi. 

"Keduanya baik Korea Utara dan Amerika Serikat (AS) merasa harus ada negosiasi dan mereka mencoba melakukan upaya bersama untuk menjembatani perbedaan dalam poin-poin penting, jadi kami kira harus melihat (dua isu itu) dengan cara yang sedikit berbeda," kata Kim, Kamis (27/6). 

Baca Juga

Kim mengatakan Presiden AS Donald Trump menentang pendekatan yang dilakukan Barack Obama terhadap Iran. Tapi dalam isu nuklir Korea Utara, Trump berusaha untuk berhasil. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang bertemu dengan Kim Jong-un tiga kali tahun lalu sudah lama melobi Washington dan Pyongyang. 

Ia pun memfasilitasi diplomasi antara AS dan Korut. Moon juga berupaya menemukan resolusi dalam negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea. Sebelum menjadi menteri unifikasi kabinet Moon pada bulan April lalu, Kim Yeon-chul dikenal sebagai akademisi yang mendukung kerja sama ekonomi dengan Korut. 

Kim Yeon-chul juga skeptis dengan sanksi yang diterapkan ke Korut. Sebelum menjadi menteri, Kim menjabat sebagai presiden di Korea Institute for National Unification dan profesor di Universitas Inje. 

Kim Yeon-chul mengatakan terobosan dalam isu nuklir Korut tergantung dengan apakah Korut mendapatkan kompensasi yang tepat jika mereka membongkar fasilitas nuklir di Yongbyon. Sebuah pabrik yang memproduksi plutonim dan uranium yang menjadi bahan utama nuklir. 

Dalam pertemuan bulan Februari lalu Korut menjanjikan pembongkaran pabrik nuklir Yongbyon di meja negosiasi. Tapi, AS menolak tawaran tersebut karena merasa tawaran itu nilai terlalu kecil untuk ditukar dengan pencabutan sanksi. 

Sebab, mereka yakin Pyongyang masih mengoperasikan pabrik pengayaan uranium di berbagai lokasi tersembunyi di seluruh negeri. Tapi, menurut Kim Yeon-chul nilai tawar pembongkaran pabrik Yongbyon tidaklah kecil.  

"Yongbyon masih memiliki arti dan peran penting (dalam proses negosiasi) tentu ada lokasi lainnya, tapi penutupan Yongbyon tidak hanya menurunkan produksi uranium (Korut) tapi juga memotong produksi pengayaan uranium ditingkat tertentu, jadi artinya tidak akan sedikit," kata Kim Yeon-chul. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement