Kamis 27 Jun 2019 14:34 WIB

Artefak Umayyah Hingga Ottoman di Museum Seni Islam Kairo

Museum Seni Islam Kairo didedikasikan untuk barang antik Islam.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Museum Seni Islam Kairo
Foto: egypttoday.com
Museum Seni Islam Kairo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Museum Seni Islam di Mesir merupakan salah satu museum terbesar di dunia. Ada lebih seratus ribu barang antik dari berbagai negara seperti India, Cina, Iran, Arab, Suriah, Mesir, Afrika Utara, dan Andalusia.   

Tak heran museum yang berada di daerah Bab al-Khalq jantung kota Kairo itu pun menjadi pusat pendidikan terbesar di dunia khususnya di bidang arkeologi dan seni Islam. Terlebih museum itu terkenal mempunyai koleksi yang beragam mulai dari karya-karya dari logam, kayu, tekstil, dan berbagai media lainnya.  

Baca Juga

Gagasan mendirikan sebuah museum di Mesir untuk didedikasikan bagi seni dan arkeologi Islam dimulai pada masa pemerintahan Ismail Pasha (cucu dari Muhammad Ali Pasha) yang menjadi khedive Mesir dan Sudan dari 1863 hingga 1879. Pada 1869 dimulailah pembangunan.  

Arsitek Julius Franz Pasha memasang sejumlah koleksi peninggalan bersejarah Islam di halaman Masjid al-Hakem. Koleksi itu pun bertambah ketika Komite Pelestarian Barang Antik Arab berdiri pada 1881. 

Namun demikian ruangan pun terbatas, akhirnya keputusan pun diambil untuk membangun sebuah gedung museum khusus di Bab al-khalaq yang mulanya bernama rumah barang antik Arab. Peletakan batu pertama pun dimulai pada 1899 dan konstruksi bangunannya selesai pada 1902 sedang museum itu pun dibuka pada 28 Desember 1903.   

Pada 1952 atau awal revolusi 23 Juli nama museum berubah menjadi museum seni Islam. Berbagai artefak pun dipajang di 25 ruangan. Benda-benda bersejarah itu ditempatkan berdasarkan usia dan bahannya.   

Pada 14 Agustus 2010, mantan  Presiden Husni Mubarak secara resmi membuka kembali museum tersebut setelah proyek renovasi selama delapan tahun. 

Kendati demikian, pada 24 Januari 2015, bom mobil yang meledak dekat dengan Direktorat Keamanan Kota berdampak  pada bangunan itu. Museum Seni Islam pun mengalami kerusakan.

Presiden Abdul Fattah El Sisi pada 18 Januari 2017 bersama mantan menteri kepurbakalaan Mesir, Khalid al-Albani membuka kembali museum itu setelah proyek restorasi selama tiga tahun.   

“Museum Seni Islam adalah salah satu museum arkeologi Islam terbesar di dunia berkat artefak arkeologi yang langka yang terkait dengan warisan Islam di Mesir,” kata Kepala Departemen Museum Kementerian Purbakala Mesir, Elham Salah seperti dilansir Albawaba pada Kamis (27/6).

Mengunjungi museum ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Pada sisi kanan bangunan Museum didedikasikan untuk tempat artefak era Dinasti Umayyah hingga akhir Ottoman. Pada sisi kiri museum termasuk galeri didedikasikan untuk seni Islam dari Turki dan Iran, lengkap dengan koleksi batu nisan dari berbagai era dan berbagai negara.   

Museum ini juga memiliki aula yang menyimpan koin dan senjata dan benda-benda lain yang digunakan orang Mesir masa lampau. Selain itu ada juga pameran peninggalan era Muhammad Ali Pasha yang menandai transformasi besar negara itu.

Pemandu wisata museum, Aya Ahmed, mengatakan museum itu juga memiliki perpustakaan di lantai atas yang berisi koleksi buku-buku langka dan manuskrip dalam bahasa kuno dan modern, serta koleksi buku tentang sejarah dan monumen Islam. 

Dia menambahkan bahwa ada juga karya kaligrafi, termasuk salinan Alquran dari era Ottoman yang ditulis dengan rapi menggunakan kuas yang terbuat dari rambut ekor kuda. Andrian Saputra

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement