Kamis 27 Jun 2019 14:41 WIB

Jerman Batasi Kecepatan Kendaraan Akibat Gelombang Panas

Suhu panas di Jerman bisa mencapai lebih dari 38 derajat celcius.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Seorang pria mendinginkan diri di tengah cuaca panas ekstrem Eropa di air mancur taman Lustgartendi Berlin, Jerman, Rabu (26/6).
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Seorang pria mendinginkan diri di tengah cuaca panas ekstrem Eropa di air mancur taman Lustgartendi Berlin, Jerman, Rabu (26/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sejumlah negara di Eropa mengambil langkah untuk mengantisipasi dampak gelombang panas. Salah satunya yakni Jerman yang memberlakukan pembatasan kecepatan kendaraan yakni 120 km per jam, karena permukaan jalan yang memanas.

Dilaporkan The Guardian, Kamis (27/6), suhu pada musim panas di Jerman mencapai 38,6 derajat celcius dan diperkirakan dapat meningkat. Pembatasan kecepatan kendaraan tersebut berlaku dari Saxony hingga Anhalt, karena kondisi permukaan jalan mulai memburuk. Sementara, rel kereta api di dekat Rostock tampak melengkung. 

Baca Juga

Sementara itu, di Bradenburg seorang pria mengendarai kendaraan dalam keadaan telanjang. Namun, polisi setempat tidak bisa menindak karena kondisi cuaca yang sangat panas. 

Sejumlah sekolah di beberapa wilayah di Prancis ditutup hingga akhir pekan. Sementara, pihak berwenang di Paris, Lyon, Strasbourg, dan Marseille melarang mobil-mobil tua memasuki pusat kota untuk memerangi polusi.

Otoritas regional Francele de France memperkirakan larangan masuknya mobil-mobil tua akan mempengaruhi hampir 60 persen kendaraan yang beredar di sekitar ibu kota Prancis, termasuk van pengiriman dan truk. Banyak mobil yang lebih tua dari 10 tahun dan memiliki emisi lebih tinggi daripada model-model baru. 

Tiga orang, termasuk dua orang berusia 70-an, meninggal di Prancis selatan setelah menderita serangan jantung dan masalah lain saat berenang. Pihak berwenang Prancis telah memperingatkan bahaya menyelam ke air dingin dalam kondisi yang sangat panas. Tetapi, tidak ada konfirmasi segera bahwa kematian tiga orang tersebut terkait dengan gelombang panas. 

Di Polandia, kementerian dalam negeri mengatakan 90 orang telah tenggelam pada bulan ini, karena berusaha untuk mendinginkan diri di danau atau sungai. Sedangkan di Lithuania 27 orang dilaporkan tewas dalam keadaan yang sama ketika suhu di negara Baltik melonjak di atas 35 derajat celcius.

Sementara, suhu di Milan diperkirakan mencapai 40 derajat celcius. Sebuah badan amal di Milan bersiap untuk mendistribusikan 10 ribu botol air gratis kepada para tunawisma dan orang-orang lain yang membutuhkan. 

Angin kencang dan suhu tinggi menyulut kebakaran hutan di Catalonia, Spanyol, dan menghancurkan sekitar 2.500 hektare lahan. Ratusan petugas pemadam kebakaran dan 14 pesawat yang memadamkan api dari udara berupaya memadamkan kobaran api pada Rabu malam.

Para ilmuwan mengatakan gelombang panas 2019 di Eropa, terkait erat dengan keadaan darurat iklim. Peristiwa cuaca ekstrem seperti itu akan berkali-kali lebih mungkin terjadi dalam beberapa dekade mendatang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement