Kamis 27 Jun 2019 17:56 WIB

3.978 Hektare Tanaman Padi di Indramayu Kekeringan

Kekeringan terluas terjadi di Kecamatan Kandanghaur seluas 1.592 hektare.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Ratusan hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mengalami kekeringan parah di musim tanam gadu 2019, Senin (10/6).
Foto: Dok Istimewa
Ratusan hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mengalami kekeringan parah di musim tanam gadu 2019, Senin (10/6).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Luas lahan persawahan di Kabupaten Indramayu yang mengalami kekeringan pada musim kemarau kali ini mencapai 3.978 hektare. Jika tak segera ditanggulangi, kekeringan itu akan mengancam produksi padi di Kabupaten Indramayu yang selama ini menjadi lumbung padi nasional.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu periode 1 Juni sampai 15 Juni 2019, luas lahan 3.978 hektare yang kekeringan itu tersebar di 13 kecamatan. Kondisi kekeringan paling parah terjadi di Kecamatan Kandanghaur seluas 1.592 hektare, Kecamatan Losarang 823 hektare, Cikedung 385 hektare, Kroya 369 hektare, Cantigi 220 hektare dan Gabuswetan 202 hektare.

Kondisi kekeringan itu terdiri dari kekeringan ringan, kekeringan sedang dan kekeringan berat. Selain lahan yang kekeringan, adapula lahan seluas 9.722 hektare yang terancam kekeringan.  

"Untuk lahan yang puso, baru 28 hektare," ujar Kepala Bidang (Kabid) Tanaman dan Pangan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Indramayu, A Yani, saat ditemui di Kantor Distan Kabupaten Indramayu, Kamis (27/6).

Yani mengatakan, pemerintah daerah sudah mengupayakan untuk mengatasi kondisi kekeringan tersebut. Di antaranya dengan pembuatan jadwal gilir air maupun mengajukan penambahan debit air kepada pihak BBWS Cimanuk Cisanggarung.

Yani mengungkapkan, kondisi kekeringan itu dipastikan akan mengancam target produksi padi di Indramayu. Padahal, Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah lumbung padi nasional.

"Target produksi kita tahun ini mencapai 1,8 juta ton," kata Yani.

Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, menyebutkan, seluruh luas lahan yang mengalami kekeringan di Kecamatan Kandanghaur hampir dipastikan puso (gagal panen). Pasalnya, tanaman padi yang mengalami kekeringan saat ini umurnya sudah di kisaran 60 hari.

"Tanaman sudah waktunya berbulir. Kalaupun bulirnya keluar, itu tidak akan ada isinya (gabug) karena kurang air. Itu sudah pasti puso," tegas Waryono, yang juga ditemui di Kantor Distan Kabupaten Indramayu, Kamis.

Waryono mengakui, pemerintah daerah sudah mengupayakan gilir air untuk mengatasi kekeringan. Namun, dia menilai upaya itu terlambat karena lahan yang mengalami kekeringan saat ini sudah meluas ke berbagai kecamatan.

Akibatnya, lanjut Waryono, meski wilayah Kecamatan Kandanghaur mendapat jatah gilir air, namun air tak pernah sampai. Pasalnya, air sudah habis di jalan untuk mengairi lahan di wilayah-wilayah lainnya yang juga mengalami kekeringan.

"Tadi malam air datang, tapi habis saat baru sampai BT 21 (Kecamatan Gabuswetan). Kandanghaur tetap kering," ujar Waryono. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement