REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia tercatat menghabiskan dana sebanyak 313,5 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,4 triliun pada tahun 2018 untuk belanja aplikasi perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Besarnya nilai tersebut, turut menyumbang defisit neraca jasa pada sektor TIK.
Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Nunung Nuryartono. Aplikasi yang dibeli tersebut dapat disebut sebagai impor jasa sektor TIK yang menggerus devisa. Sebab, merupakan aplikasi yang dirintis oleh platform asing.
"Total spending belanja konsumen selama 2018 mencapai 313,5 juta dolar AS untuk membeli mobile apps yang dikeluarkan. Ini yang harus kita highlight," kata Nunung di Jakarta, Kamis (27/6).
Nunung menyebut, aplikasi yang diunduh tersebut termasuk aplikasi game online yang saat ini sedang naik daun. Berbagai macam aplikasi itu, seperti diketahui merupakan aplikasi berbayar. Besarnya transaksi untuk pembelian aplikasi secara online juga didukung dengan besarnya jumlah kepemilikan ponsel sekaligus peneterasi internet di Indonesia.