REPUBLIKA.CO.ID, PADANG— Ensiklopedia Silek (silat) Minangkabau akan menjadi sebuah karya yang sangat ditunggu-tunggu dari kegiatan Silek Art Festival (SAF) 2019 karena bisa menjadi salah satu referensi ilmiah dari beladiri tradisional itu.
"Kita menargetkan 100 entri untuk tahap pertama ini. Semua berkaitan dengan silek, tidak hanya aliran tetapi juga hal lain seperti pakaian, senjata, sasian, silsilah atau ranji hingga tambo," kata kurator SAF 2019, Koko Sudarmoko di Padang, Kamis (27/6).
Koko mengatakan, penyusunan ensiklopedia tersebut juga akan melibatkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas agar hasilnya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Prosesnya akan melibatkan kontributor dari berbagai kalangan yang memiliki pemahaman dan informasi terkait Silek Minangkabau. Pengumpulan bahan untuk karya itu, dari para kontributor sudah dimulai sejak Juni hingga 7 Juli 2019, dilanjutkan penilaian karya pada 8-9 Juli.
“Penulis diberi kesempatan untuk merevisi tulisannya pada 10-26 Juli hingga diterbitkan pada 15 Agustus 2019,” tutur dia.
Dia menjelaskan, setiap kontributor akan diberikan honorarium berdasarkan jumlah entri yang dikirimkan dan diterima kurator. "Kita berharap ensiklopedia ini bisa menjadi sumber informasi yang memadai dan mudah dipahami tentang Silek Minangkabau," ujarnya sembari menambahkan bahwa ensiklopedia itu nantinya akan bersifat terbuka dan bisa diperbarui setiap tahun sesuai dengan perkembangan dan informasi yang terkumpul.
Silek Arts Festival merupakan sebuah kegiatan pengembangan yang tergabung dalam format Indonesiana. Format ini sendiri merupakan sebuah inisiatif baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan struktur hubungan terpola antarpenyelenggara kegiatan kebudayaan di Indonesia yang dibangun secara gotong royong.
Kegiatan ini juga merupakan sebuah upaya dalam mendukung UU No.5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dalam rangka menangani kegiatan budaya secara lebih sistematis.
Format Indonesiana, dalam hal ini SAF 2019, sifatnya gotong-rotong mulai dari tingkat nasional melibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan), pemerintah daerah, komunitas-komunitas, seniman dan budayawan, serta ekosistem kebudayaan lainnya.