Jumat 28 Jun 2019 09:30 WIB

Kebakaran Lahan Landa Spanyol Akibat Panas Ekstrem

Setidaknya 6.500 hektare lahan terbakar di Spanyol.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Penduduk setempat melihat hutan yang terbakar akibat cuaca panas ekstrem di Torre de l'Espanyol, dekat Tarragona, Spanyol, Kamis (27/6).
Foto: AP Photo/Jordi Borras
Penduduk setempat melihat hutan yang terbakar akibat cuaca panas ekstrem di Torre de l'Espanyol, dekat Tarragona, Spanyol, Kamis (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KATALONIA -- Ratusan petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan api di dekat kota La Torre de l'Espanyol, 80 kilometer dari kota pantai Tarragona, Spanyol. Kebakaran ini merupakan yang terburuk selama 20 tahun dan menyebar dengan cepat.

BBC melaporkan, setidaknya 6.500 hektare lahan terbakar dalam insiden tersebut. Para pejabat mengatakan, cuaca panas ekstrem dapat memperluas area kebakaran menjadi 20 ribu hektare.

Baca Juga

Akibat kebakaran tersebut, 45 orang telah dievakuasi dan petugas menutup lima jalan yang menuju ke area itu. Menteri Dalam Negeri Miquel Buch mengatakan, kebakaran disebabkan oleh akumulasi kotoran di pertanian yang menghasilkan panas dan percikan api.

Secara keseluruhan, 11 provinsi di Spanyol timur dan tengah mengalami cuaca panas ekstrem dengan suhu di atas 40 derajat Celsius. Sementara, di bagian timur laut suhu dapat mencapai 45 derajat Celsius.

Selain itu, suhu tinggi diperkirakan akan mencapai 40 derajat Celsius di Italia, terutama di wilayah tengah dan utara. Beberapa kota termasuk Roma, telah mengeluarkan peringatan panas tertinggi.

Pada Kamis pagi, seorang tunawisma berjenis kelamin pria ditemukan meninggal dunia di dekat stasiun kereta di Milan. Para pejabat mengatakan, tunawisma yang diperkirakan berusia 72 tahun tersebut kemungkinan meninggal dunia akibat cuaca panas.

Para ahli mengatakan, gelombang panas terjadi karena perubahan iklim. Pada akhir abad ke-19 menunjukkan suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat sekitar satu derajat sejak industrialisasi.

Sebuah lembaga klimatologi di Potsdam, Jerman mengatakan, lima musim panas terpanas di Eropa terjadi sejak 1500. Para ilmuwan khawatir pemanasan cepat yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia memiliki implikasi serius bagi stabilitas iklim planet ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement