REPUBLIKA.CO.ID, TANAH DATAR – Kemajuan teknologi saat ini pada realitanya banyak memberikan dampak negatif, terutama berita bohong (hoax) yang semakin marak di masyarakat. Kementerian Komunikasi dan Informatika terus mengadakan forum-forum literasi publik untuk memberikan pemahaman penggunaan media sosial yang bijak, terutama kepada generasi muda yang merupakan “pemain aktif” media sosial.
Dalam forum diskusi publik dengan tema “Penangkalan Hoax bagi Generasi Muda” di Hotel Emersia Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Kamis (27/6), Plt Direktur Pengelolaan Media Kementerian Komunikasi dan Informatika, Nurlaili, mengingatkan publik, Kemenkominfo telah memiliki mesin pengais (crawling), yang berfungsi untuk menjaring hoax.
“Kementerian telah punya mesin pengais untuk menjaring hoax, karena itu kami mengimbau kepada publik, khususnya generasi muda untuk bersama-sama memerangi berita bohong dan melakukan perkembangan literasi media baru (Internet),” kata Nurlaili dalam rilisnya, Jumat (28/6).
Sementara itu, staf ahli Widiaiswara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Meiningsih menyampaikan bahwa hoax adalah excess negatif dari perkembangan teknologi. Di sisi lain, pembatasan dan pemberantasan hoax di Indonesia masih terbentur dengan kebebasan berekspresi di era demokrasi.
Maraknya hoax di Indonesia juga dikarenakan tingkat literasi masyarakat terhadap teknologi informasi dan media sosial masih rendah. Telah banyak upaya untuk menangkal hoax seperti pemblokiran dan upaya hukum.
"Upaya edukasi, yakni sosialisasi dan forum lebih dikedepankan dan dianggap lebih bermanfaat. Beliau mengharapkan masyarakat, terutama generasi milenial, dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan sebaik-baiknya,” ujar Siti.
Staf ahli Bupati Tanah Datar, Nuryeddisman, selaku tuan rumah, pihaknya berharap forum ini dapat membuat masyarakat agar dapat menyikapi informasi-informasi yang diterima di era teknologi informasi sekarang ini dengan baik, termasuk dampak positif dan negatif dari informasi yang ada.
“Pemkab Tanah Datar mempunyai media sosial yang ditujukan untuk memberikan informasi yang akurat, untuk menciptakan masyarakat madani berbudaya yang tidak terpecah belah oleh hoax. Kami juga mengharapkan masyarakat menjadi lebih waspada dalam menghadapi berita bohong,” kata dia.
Pada forum itu, pakar media sosial, Cavin Rubenst Manupatty, menyampaikan tentang pembuatan konten viral. Sebuah konten bisa menjadi viral jika mengandung STEPPS, yakni Social Currency, Trigger, Emotion, Public, Practical Value, dan Story. Tips-tips tersebut diharapkan dapat membantu peserta diskusi untuk membuat konten positif yang viral.
Para pengisi acara juga terus mengingatkan untuk “saring sebelum sharing”, yaitu membaca dan memahami konten yang diterima sebelum membagikan konten tersebut ke orang lain.
Para peserta diskusi juga dengan semangat mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Selain sesi diskusi, terdapat juga lomba pembuatan meme agar peserta dapat langsung mempraktikkan materi-materi yang disampaikan dalam diskusi.