REPUBLIKA.CO.ID, OSAKA -- Para pemimpin dunia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Osaka, Jepang. Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua hari tersebut, para pemimpin G-20 menyerukan keterbukaan ekonomi dan perdamaian.
"Ekonomi yang bebas dan terbuka adalah dasar untuk perdamaian dan kemakmuran," Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ketika membuka KTT G-20, Jumat (28/6).
Kelompok negara G-20 tengah bergulat dengan berbagai macam isu, mulai dari ketegangan atas perdagangan global hingga kesepakatan nuklir dengan Iran. Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping merupakan yang paling diharapkan untuk menghentikan perang tarif.
"Saya sangat prihatin dengan situasi ekonomi global saat ini. Dunia memperhatikan arah para pemimpin G-20. Kita perlu mengirim pesan yang kuat, yaitu untuk mendukung dan memperkuat sistem perdagangan yang bebas, adil dan tidak diskriminatif," kata Abe.
Sebagai tuan rumah, Abe ingin menjadikan KTT Osaka sebagai tonggak kemajuan bagi isu-isu lingkungan, termasuk perubahan iklim, dan kerja sama dalam mengembangkan aturan baru untuk ekonomi digital. Terkait ekonomi digital, G-20 diharapkan dapat mengembangkan aturan antara lain merancang cara-cara adil untuk mengenakan pajak kepada perusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook. Kemudian, memperkuat tindakan pencegahan terhadap penyalahgunaan teknologi. Misalnya penggunaan mata uang digital untuk mendanai terorisme dan jenis kejahatan terkait internet lainnya.
Presiden Donald Trump mengatakan, perdagangan merupakan agenda utama yang dia bawa dalam pertemuan puncak dengan para pemimpin kelompok G-20 terutama dengan Cina. Menurut Trump, prospek perdagangan AS mulai membaik. Selain bertemu dengan Cina, Trump juga akan membahas masalah perdagangan dengan Jepang dan India.
"Saya pikir kita akan memiliki beberapa hal yang sangat besar untuk diumumkan. Kesepakatan perdagangan yang sangat besar. Kami melakukan beberapa hal yang sangat besar dengan India dalam hal perdagangan, dalam hal manufaktur," ujar Trump.
Trump juga akan membahas tentang kekhawatiran AS terhadap perusahaan telekomunikasi Huawei bersama dengan Presiden Xi. Washington mendesak negara-negara sekutunya untuk tidak menggunakan jaringan 5G dari Huawei karena alasan keamanan.
"Kita akan membahas Huawei," kata Trump.
Sementara, terkait meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak agar kedua negara menghindari konfrontasi. Menurut Guterres, dunia perlu melakukan tindakan cepat untuk memperbaiki beberapa masalah besar.
"Tindakan yang dipercepat, bukan lebih banyak pertimbangan. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan setara harus dibangun sehingga orang-orang yang hidup dalam keterbatasan di dunia ini tidak tertinggal," ujar Guterres.
Dalam pertemuan di sela-sela G-20, para pemimpin Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan menyerukan upaya bersama untuk menstabilkan perdagangan internasional dan menentang proteksionisme. Sementara itu, Presiden Rusia Vladamir Putin mengatakan, perdagangan internasional telah mengalami proteksionisme, pembatasan, dan hambatan yang bermotivasi politik. Putin juga menekankan perlunya negara-negara BRICS untuk mengambil tindakan terkoordinasi untuk membantu memblokir sumber-sumber dari pendanaan untuk kelompok teroris.